25 Rumah di Bibir Sungai Konaweha Ambruk, Warga Butuh Bantuan

  • Bagikan
Kondisi salah satu rumah warga porak-poranda akibat abrasi sungai Konaweha, Kamis (12/7/2018), (Foto : Wayan Sukanta/SULTRAKINI.COM)
Kondisi salah satu rumah warga porak-poranda akibat abrasi sungai Konaweha, Kamis (12/7/2018), (Foto : Wayan Sukanta/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM : KENDARI – Sebanyak 25 rumah warga ambruk di dua desa Kecamatan Kapoiala, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra), Kamis (12/7/2018).

Puluhan rumah itu ambruk akibat abrasi Sungai Konaweha yang ada di sekitar pemukiman warga. Selain dampak abrasi, kondisi itu juga diperparah terhadap bencana banjir dan meluapnya sungai pada bulan lalu.

Data yang dihimpun SultraKini.com, dua titik yang terkena musibah itu yakni Desa Lalimbue empat rumah dan Desa Muara Sampara 21 rumah warga.

Tidak hanya itu, satu-satunya jalan yang ada di desa tersebut longsor dengan lebar mencapai tiga meter akibat abrasi sungai. Akibat kerusakan jalan, warga harus berhati-hati saat melintas.

 Jalan yang ada di dekat Sungai Konaweha longsor dengan lebar mencapai tiga meter akibat abrasi, Kamis (12/7/2018), (Foto : Wayan Sukanta/SULTRAKINI.COM)
Jalan yang ada di dekat Sungai Konaweha longsor dengan lebar mencapai tiga meter akibat abrasi, Kamis (12/7/2018), (Foto : Wayan Sukanta/SULTRAKINI.COM)

“Ini kalau dibiarkan terus tanpa ada perhatian pemerintah, semua rumah yang ada di bantaran Sungai Konaweha akan roboh,” ujar salah satu warga sekitar, Nusu Ibrahim kepada SultraKini.com, Kamis (12/7/2018).

Nusu mengaku sejak kerusakan jalan itu, pemerintah setempat belum juga memberikan perhatian khusus dan solusi kepada warga yang menjadi korban akibat abrasi sungai.

“Sampai sekarang belum ada tindakan sama sekali, padahal jelas untuk desa kami itu ada Dana Desa (DD), tetapi belum juga ada tindakan. Selain itu, Pemda Konawe belum memberikan solusi yang jelas kepada kami yang ada di bantaran Sungai Konaweha ini,” tegasnya.

Untuk diketahui, Sungai Konaweha merupakan satu-satunya sungai yang menghubungkan Desa Lalimbue dan Muara Sampara.

Sehari-hari, warga menggunakan pincara untuk menyebrang ke desa sebelah dan sebaliknya. Untuk satu kali penyebrangan, warga dikenakan tarif Rp2 ribu sedangkan untuk roda dua Rp10 ribu.

Pincara beroperasi sejak pagi hari hingga malam. Dalam sehari, jumlah kendaraan roda dua yang diseberangkan menggunakan pincara, bisa mencapai puluhan.

Laporan : Wayan Sukanta
Editor: Habiruddin Daeng

  • Bagikan