3 Fenomena Bulan Akan Muncul pada Juni hingga Juli 2022, Kendari dan Wakatobi Mengalaminya

  • Bagikan
Ilustrasi bulan purnama stroberi atau strawberry full moon (Shutterstock/Kai Ayase) (Foto: Kompas.com)

SULTRAKINI.COM: Mendekati pertengahan bulan Juni sejumlah fenomena astronomi akan terjadi. Salah satunya fenomena bulan langka yang hanya terjadi sembilan tahun sekali di Indonesia. Jangan sampai terlewatkan !.

Menurut Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menyampaikan fenomena astronomi yang jarang ditemui ini akan menghiasi langit Indonesia pada 14 Juni hingga 14 Juli 2022.

Fenomena-fenomena astronomi ini terkait dengan kemunculan Bulan Purnama Stroberi Super (Full Strawberry Supermoon), Bulan Baru Stroberi Mikro (New Strawberry Micromoon), dan Purnama Rusa Super (Full Buck Supermoon).

Dilansir dari Kompas.com, Pusat Sains dan Antariksa Organisasi Riset Penerbangan Antariksa (LAPAN) BRIN, Andi Pangerang, mengatakan terdapat keistimewaan dari kemunculan fenomena tiga bulan langka ini yakni ketepatan waktu kemunculan dari masing-masing fenomena.

“Yang membuatnya istimewa adalah Purnama Stroberi dan Purnama Rusa kali ini bertepatan dengan Bulan Purnama Super (Full Supermoon atau secara teknis disebut Perigeal Full Moon/Purnama Perige),” jelasnya, Kamis (9 Juni 2022).

“Sedangkan Bulan Baru Stroberi bertepatan dengan Bulan Baru Mikro (New Micromoon atau secara teknis disebut Apogeal New Moon/Bulan Baru Apoge),” tambah Andi.

Dari fenomena tersebut menyebabkan Purnama Stroberi Super, Bulan Baru Stroberi Mikro, dan Purnama Rusa Super terjadi dipertengahan tahun 2022. Dan fenomena alam semesta ini dapat dikatakan cukup langka.

Sebelumnya, pada tahun 2004 dan 2013 telah terjadi hal serupa. Bulan Baru Mikro akan berada diantara kemunculan dua bulan purnama super pada dua bulan berturut-turut. Hal ini merupakan fenomena antariksa yang langka terjadi di langit Indonesia.

Pada tahun 2022 ini fenomena tersebut akan terjadi dan selanjutnya akan terulang kembali pada 2031 dan 2040.

Sebagai informasi, bulan Juni merupakan kemunculan dari Purnama Stroberi, hal ini pun menjadi penamaan dari fenomena ini. Bukan tanpa alasan menurut The Farmer’s Almanac (Almanak Petani Amerika) bulan itu merupakan waktunya buah stroberi panen. Sementara Purnama Rusa muncul pada Juli, dinamakan sesuai dengan mulainya pertumbuhan tanduk rusa jantan muda di bulan itu.

Nama-nama dari fenomena ini hanyalah sebagai penanda kemunculan musim serta perilaku hewan yang ada pada musim-musim tertentu bagi penduduk asli Amerika.

Berikut waktu terjadinya tiga fenomena astronomi di langit Indonesia berdasarkan dari Edukasi Sains Antariksa:

1. Purnama Stroberi Super pada 14 Juni 2022, pukul 18.51 WIB/19.51 WITA/20.51 WIT (jarak: 357.368 km).

2. Bulan Baru Stroberi Mikro pada 29 Juni 2022,
pukul 09.52 WIB/10.52 WITA/11.51 WIT (jarak: 406.569 km).

3. Purnama Rusa Super pada 14 Juli 2022, pukul 01.57 WIB/02.57 WITA/03.57 WIT (jarak: 357.418 km).

Fenomena Bulan Purnama Stroberi Super akan terjadi di seluruh wilayah Indonesia dengan waktu-waktu tertentu.

Dikutip dari laman edusainsa.brin.go.id untuk wilayah Sulawesi Tenggara sendiri terdapat dua wilayah yang mengalami fenomena ini, yaitu Kota Kendari pada 14 Juni 2022, pukul 17.36 Wita hingga 15 Juni 2022, pukul 06.24 Wita dan Kabupaten Wakatobi pada 14 Juni 2022, pukul 17.29 Wita hingga 15 Juni 2022, pukul 06.23 Wita

Sedangkan untuk Bulan Purnama Rusa Super, juga dapat terlihat di dua wilayah yang sama. Kota Kendari pada 13 Juli 17.27 Wita hingga 14 Juli 06.15 Wita. Serta Kabupaten Wakatobi pada pada 13 Juli 17.19 Wita hingga 14 Juli 06.13 Wita.

Untuk dapat menikmati pemandangan dari Fenomena antariksa Bulan Purnama Stroberi Super dan Bulan Purnama Rusa Super masyarakat Indonesia cukup mengarahkan pandangan ke posisi arah terbit sampai terbenamnya bulan.

Juga dapat menggunakan alat untuk membantu mengabadikan fenomena bulan purnama super ini seperti teleskop binokuler/monokuler yang  terhubung ke kamera ponsel ataupun kamera CCD yang tersambung ke laptop. (B)

Sumber: Kompas.com, edusainsa.brin.go.id

Laporan: Rohiyani
Editor: Hasrul Tamrin

  • Bagikan