Akibat Pandemi, Antara Kejenuhan dan Keselamatan Siswa Belajar dari Rumah

  • Bagikan
Kepala Dikbud Konawe, Suriyadi. (Foto: Ulul Azmi/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KONAWE – Lebih setengah tahun para pelajar harus belajar dari rumah. Pandemi Covid-19 membuat aktivitas sekolah ditiadakan untuk sementara demi mencegah penularan virus. Tidak sedikit peserta didik mengalami kejenuhan harus berbulan-bulan belajar dari rumah.

Kondisi demikian salah satunya dirasakan Nur Elsia Ningsih, siswi kelas X SMAN 1 Pondidaha. Ia dan kawan-kawannya sedih. Sejak memulai pendidikan di bangku SMA, dirinya belum pernah belajar bersama gurunya di sekolah.

“Sekarang mau naik kelas lX, tapi kita belum pernah belajar langsung dengan guru-guru ta di sekolah, saya capek mi belajar di rumah, saya rindu sekolah,” ucapnya, Kamis (4/112020).

Menanggapi hal itu, Kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Konawe, Suriyadi, menjelaskan keharusan siswa belajar dari rumah adalah demi keselamatan mereka. Sebab, hal itu menjadi faktor utama ditempuh pemerintah.

Tidak berhenti di situ. Sejumlah orang tua siswa melapor terkait kejenuhan anak-anak mereka belajar dari rumah.

“Orang tua siswa banyak melapor, anak-anak mereka jenuh belajar di rumah, bahkan bantuan paket internet banyak yang salah gunakan dengan banyak bermain game sedangkan belajarnya sedikit. Satuan pendidikan mulai Paud hingga SMP melakukan berbagai formulasi tetapi masih saja mengalami kendala-kendala, seperti paket internet dan peralatannya,” jelasnya.

Menurutnya, pihak sekolah bisa saja melangsungkan belajar mengajar tatap muka dengan memenuhi sejumlah syarat dan harus mendapatkan persetujuan orang tua siswa. Termasuk menjamin sarana prasarana proses pembelajaran sesuai dengan protokol kesehatan, melakukan koordinasi dengan tim gugus covid di kabupaten dan kecamatan, lalu mengusulkan ke Dikbud.

Bahkan, belajar tatap muka tidak selanjar bisanya sebelum ada pandemi. Aktivitas sekolah akan dibuka untuk 14 hari dan kembali meninjau dari segi jumlah kasus sepanjang waktu tersebut. Jika tidak menunjukkan penambahan kasus, proses belajar mengajar dilanjutkan 14 hari lagi. Proses pembelajaran akan ditangguhkan apabila terdapat masyarakat di wilayah setempat terpapar Covid-19.

“Di Kabupaten Konawe ada beberapa yang melakukan proses pembelajaran tersebut, seperti SMPN 1 Sampara, SMPN 2 Sampara, dan SDN 1 Wawotobi. Di wilayah terpencil pun ada tapi tetap shift, tidak full dalam seminggu. Selain itu mereka memanfaatkan aplikasi Kuis, Zoom, dan menjalin komunikasi dengan siswa-siswi meski di luar jam belajar, entah WhatsApp atau kunjungan dengan begitu kedekatan guru dan siswa-siswi tetap terjalin,” tambahnya. (C)

Laporan: Ulul Azmi
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan