Angka Pengangguran di Sultra Meningkat

  • Bagikan
Koordinator Fungsi Statistik Sosial BPS Sultra, Ahmad Luqman, (Foto: Potongan video rilis BPS Sultra)
Koordinator Fungsi Statistik Sosial BPS Sultra, Ahmad Luqman, (Foto: Potongan video rilis BPS Sultra)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mengalami kenaikan dari 3,10 persen pada Februari 2020 menjadi 4,58 persen pada Agustus 2020 dan di Februari 2021 menjadi 4,22 persen.

Koordinator Fungsi Statistik Sosial BPS Sultra, Ahmad Luqman, mengatakan kenaikan TPT selama setahun terakhir ini merupakan bukti dari dampak Covid-19 yang masih berlangsung. 

“Penurunan TPT yang terjadi pada Februari 2021 jika dibandingkan dengan Agustus 2020, telah menandakan bahwa perekonomian sudah mulai bangkit dan keadaan ketenagakerjaan yang mulai sedikit membaik,” kata Ahmad, Rabu (5/5/2021).

Ahmad juga menyebutkan beberapa karakteristik tingkat pengangguran di Sultra pada Februari 2021, antara lain:

1. TPT menurut tempat tinggal pada Februari 2021, TPT di perkotaan sebesar 7,82 persen, sedangkan TPT di perdesaan hanya 2,29 persen. Dibandingkan tahun sebelumnya, terjadi peningkatan tingkat pengangguran di perkotaan dan penurunan TPT di perdesaan, masing-masing sebesar 3,41 persen poin dan 0,14 persen poin. 

Apabila dibandingkan dengan periode Agustus 2020, TPT di perkotaan masih meningkat (1,08 persen poin) sedangkan TPT di perdesaan menurun dengan penurunan yang jauh lebih besar (1,15 persen poin). 

“Hal ini memperlihatkan bahwa TPT di perkotaan cenderung lebih tinggi dibanding TPT di perdesaan. Kondisi pandemi Covid-19 ternyata lebih berdampak di daerah perkotaan dibandingkan daerah di perdesaan,” ungakap Ahmad.

2. TPT menurut jenis kelamin pada Februari 2021, TPT perempuan sebesar 4,34 persen, lebih tinggi dibanding TPT laki-laki yang sebesar 4,13 persen. TPT menurut jenis kelamin memiliki pola yang sama dengan pola nasional, yaitu mengalami peningkatan dibandingkan Februari 2020 dan mengalami penurunan dibandingkan Agustus 2020. 

“Dibandingkan Februari 2020, TPT laki-laki dan perempuan naik masing-masing sebesar 1,16 persen poin dan 1,05 persen poin, namun jika dibandingkan Agustus 2020, TPT laki-laki dan perempuan turun masing-masing sebesar 0,38 persen poin dan 0,34 persen poin,” terangnya.

3. TPT menurut pendidikan yang ditamatkan, dilihat dari tingkat pendidikan pada Februari 2021, TPT untuk SMK paling tinggi di antara tingkat pendidikan lainnya, yaitu sebesar 7,66 persen. TPT tertinggi berikutnya terdapat pada tingkat pendidikan SMA sebesar 6,90 persen. 

“Dengan kata lain, ada penawaran tenaga kerja yang berlebih terutama pada tingkat SMA dan SMK. Mereka yang berpendidikan rendah cenderung mau menerima pekerjaan apa saja. Oleh karena itu, dapat dilihat dari TPT jenjang SD ke bawah yang ternyata paling kecil di antara semua tingkat pendidikan (1,30 persen),” jelas Ahmad.

Kemudian, dengan membandingkan kondisi setahun yang lalu yaitu disaat sebelum terjadi pandemi Covid-19 di Sultra, ternyata terjadi kenaikan TPT hampir di semua jenjang pendidikan, dimana kenaikannya sebesar 0,29 persen poin untuk jenjang SD ke bawah, 0,51 persen poin untuk jenjang SMP, 1,54 persen poin untuk jenjang SMA, 6,29 persen poin untuk jenjang SMK, dan 0,20 persen poin untuk jenjang Universitas. 

“Disisi lainnya, TPT yang mengalami penurunan selama setahun terakhir adalah jenjang Diploma I/II/III, yaitu menurun sebesar 1,96 persen poin,” sambungnya.

Perkembangan TPT Sultra apabila di bandingkan di periode Agustus 2020, memiliki pola yang berbeda jika dibandingkan Februari 2020. 

TPT periode Agustus 2020 ke periode Februari 2021 yang mengalami penurunan terdiri atas jenjang pendidikan SD ke bawah (1,29 persen poin), SMP (1,24 persen poin), dan Diploma I/II/III (0,23 persen poin). TPT yang mengalami kenaikan terdiri atas jenjang pendidikan SMA (0,19 persen poin), SMK (1,20 persen poin), dan Universitas (0,18 persen poin).

“Dapat dikatakan bahwa tenaga kerja berpendidikan tinggi lebih rentan saat pandemi Covid-19 ini, tenaga kerja berpendidikan rendah cenderung lebih dapat bertahan karena lebih mau menerima jenis pekerjaan apapun,” tutupnya. (B)

Laporan: Wa Rifin
Editor: Hasrul Tamrin

  • Bagikan