Asrun dan Ali Mazi Unggul, Muna dan Muna Barat Bisa Jadi Penentu

  • Bagikan
Para bakal calon gubernur dan wakil gubernur Sulawesi Tenggara saat memaparkan visi misinya di salah satu partai. (Foto: Didul Interisti/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Meski belum ada keputusan mengenai siapa saja calon yang akan tampil di pemilihan gubernur Sulawesi Tenggara 2018, tetapi yang mengemuka ke publik ada tiga pasangan. Ketiga pasangan tersebut yakni Ali Mazi-Lukman Abunawas, Asrun-Amirul Tamim, dan Rusda Mahmud-LM Sjafei Kahar.

Dikatakan Pengamat Politik Sulawesi Tenggara, Dr. Muhammad Najib Husain, secara hitung-hitungan basis massa ketiga pasangan calon memiliki wilayahnya sendiri. Dengan posisi daratan dan kepulauan, Asrun dan Ali Mazi dapat dikatakan unggul di wilayahnya masing-masing.

Menurut doktor jebolan Universitas Gadjah Mada ini, Asrun bisa meraup banyak suara di wilayah daratan seperti Konawe, Konawe Selatan, Konawe Utara, Konawe Kepulauan, Kolaka Timur, dan Kendari. Sedangkan Amirul Tamim bisa mendapatkan banyak suara dari kota Baubau. 

“Untuk Kolaka sendiri Asrun akan beririsan dengan Rusda. Meskipun Asrun punya kedekatan emosional dengan kepala daerahnya saat ini, tetapi pemilih punya wilayah tersendiri dalam menentukan pilihan terkecuali barangkali birokrasi. Apalagi dari sisi etnis biasanya pemilih secara emosional lebih cenderung memilih calon dari etnis yang sama dengannya,” jelas Najib di ruang kerjanya, Selasa (12/9/2017) siang

Sementara Ali Mazi dapat mendulang banyak suara dari wilayah kepulauan seperti Buton, Buton Utara, Buton Selatan, Buton Tengah, dan Wakatobi. Sedangkan Lukman Abunawas dapat mengumpulkan suara di wilayah daratan meskipun tidak signifikan. 

“Tapi Lukman Abunawas sendiri punya keunggulan dari segi kefiguran. Makanya dia bisa saja mendapatkan suara bukan dari pemilih fanatik saja tetapi pemilih yang melihat kharismatik beliau,” terang dosen pascasarjana Universitas Halu Oleo ini.

Sedangkan Rusda Mahmud akan memiliki kantong suara besar hanya di wilayah Kolaka Utara. Sementara Sjafei Kahar akan beririsan dengan Ali Mazi di wilayah Buton Selatan dan Buton tetapi tidak cukup signifikan. “Ada ikatan emosional masyarakat di wilayah Buton dan Wakatobi lebih kuat ke Ali Mazi dibandingkan ke calon lainnya,” jelas Najib.

Untuk wilayah Bombana juga akan beririsan antara Asrun dan Rusda. Meskipun di wilayah tersebut kepala daerahnya berasal dari PAN, tetapi menurut Najib kemungkinan yang dapat di mobilisasi hanya dari unsur birokrasi. Sementara masyarakat pemilih lebih dekat secara emosional ke Rusda. 

“Beberapa kepala daerah memang orang PAN seperti Bombana, Muna Barat, dan Wakatobi tetapi belum tentu semua suara akan lari ke dukungan PAN. Paling yang bisa dimobilisasi umumnya dari birokrasi. Jadi bukan jaminan karena bupati orang PAN akan mudah meraih suara untuk calon PAN. Tetap ikatan emosional secara etnis berpengaruh di sana,” katanya.

Yang menarik dari enam figur tersebut yakni tidak adanya tokoh dari wilayah Muna dan Muna Barat. Dengan begitu, dua wilayah ini dapat menjadi penentu kemenangan para calon jika konstalasi tetap dengan ketiga pasangan tersebut. “Dengan posisi begini kita lihat tokoh-tokoh Muna dan Muna Barat nanti kecenderungannya akan ke mana. Muna dan Muna Barat bisa menjadi penentu karena tidak memiliki calon dengan posisi seperti ini,” kata Najib 

Jika tetap dengan posisi pasangan calon seperti ini, Najib memprediksi Asrun bisa mengambil 60 persen suara daratan. Begitu pula Ali Mazi dapat mengambil 60 persen suara kepulauan. “Rusda yang agak berat apalagi pintu partainya semakin tidak jelas karena kelihatannya Demokrat 60 persen di Asrun dan 40 persen di Rusda. Makanya Golkar agak di atas sebagai penentu untuk calon dengan posisi Ridwan juga yang mulai terlihat menarik diri,” jelasnya.

Namun, menurut Najib dengan waktu yang ada sekarang semuanya masih memungkinkan untuk berubah. Apalagi kabarnya ada calon yang masih terus berupaya mendapatkan dukungan partai melalui DPP sebagai penentu akhir. 

Faktor pasangan yang akan diambil juga bisa menjadi penyebab berubahnya konstalasi. Faktor calon membawa partai sebagai modal untuk melengkapi kekurangan koalisi juga dapat menjadi pemicu perubahan situasi. “Poin terakhir ini yang dimiliki Asrun dan tidak dimiliki calon lain. Dia sudah percaya diri punya partai sementara calon lain belum sama sekali,” ujarnya.

Meski dengan posisi saat ini Asrun memang dapat dikatakan masih unggul, tetapi Najib mewanti-wanti ini bisa juga menjadi bumerang untuk Asrun dan membalikkan keadaan. “Kalau Asrun terlalu percaya diri dengan yang dimilikinya hari ini untuk tampil, bisa jadi bumerang untuknya,” tandas Najib.

Laporan: Didul Interisti

  • Bagikan