SULTRAKINI.COM: MUNA – Jenazah Almarhum Laode Fitrah (Toto) telah dimakamkan di kampung halamannya, Kabupaten Muna. Tetapi kediaman orangtua korban, masih saja terselimuti duka mendalam. Bahkan isak tangis, kerap terdengar dari kerabat salah satu korban pendaki Gunung Mekongga, Kabupaten Kolaka Utara tersebut.
Diceritakan Ayah korban, Laode Taufik (52), sebelumnya ia bersama sang istri tidak tahu almarhum ikut hilang dalam pendakian tersebut. Komunikasi terakhir dengan anak ketiganya itu, ketika almarhum izin berangkat ke Kota Kendari. Seminggu lebih kemudian, korban sempat menelpon untuk di kirimkan beras. Namun dirinya justru mengirimkan uang lewat rekening keluarganya.
“Kalau tidak salah itu bulan lalu, di hari Jumat, almarhum izin ke Kendari. Seminggu lebihnya menelpon ke rumah minta di kirimkan beras. Tapi saya bilang tidak usah kirim beras karena repot lagi, saya kirimkan saja uang di rekeningnya sepupumu nanti ambil di situ,” katanya di temui SultraKini.Com di rumah duka, Kamis, (16/03/2017).
Setelah mengambil uang tersebut, sejak saat itulah tidak pernah ada kabar dari almarhum. Kemudian terbesik kabar jika almarhum ikut hilang di Pegunungan Mekongga.
“Tidak ada tanda-tanda sama sekali. Hanya dapat kabar kalau almarhum hilang di Gunung Mekongga,” ujarnya.
Menurut sang ayah, Laode Fitrah merupakan sosok anak penurut dan gemar menolong dari ketujuh saudara lainnya. Tidak jarang, almarhum juga membantu perekonomian keluarga. Pria yang akrab di sapa Toto itu sering menjenguk keluarga jika ada yang sakit. Dia bahkan menjengung siapa saja ketika orang sedang sakit berasal dari kampung halamannya.
“Anakku paling penurut dari saudaranya, sering membantu saya kalau lagi dapat borongan bangunan. Kalau ada uangnya lebih, pasti di kasikan mamanya untuk belanja. Anaknya juga tidak pernah marah dalam rumah, tidak pernah menyusahkan orang tua,” ucapnya.
Keluarga yang hingga kini tidak pernah menyangka pemuda yang dikenal berjiwa sosial dan ringan tangan meninggal secara tiba-tiba.
Sementara itu, kerabat almarhum (Paman), Andi Puhu menuturkan, almarhum yang masih mahasiswa semester enam Universitas Halu Oleo (UHO), aktif di organisasi Mahasiswa Pecinta Alam Navernos Fakultas Ekonomi Universitas Halu Oleo sejak semester 1. Tetapi, hobi menjadinya dilakukan sembunyi-sembunyi.
“Dari awal keluarga tidak ada yang setuju, kalau dia (almarhum) terjun di komunitas Mapala. Namun selalu dia lakukan sembunyi-sembunyi,” katanya.
Almarhum di mata keluarga di kenal memiliki jiwa sosial, ringan tangan terhadap keluarga.
“Suka membantu, kalau ada keluarga sakit dia pasti jenguk, tapi sebenarnya tidak hanya keluarga, siapa saja asal dari kampung, sudah dia orang pertama yang datang menjenguk, “jelasnya.
Laporan: Arto Rasyid