Badan Pengawas Rumah Sakit Sultra Sebut Masalah Pasien dan RS Tiara Sentosa Miskomunikasi

  • Bagikan
Anggota Badan Pengawas Rumah Sakit Sultra saat di Rumah Sakit Tiara Sentosa (Foto: Ist)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Badan Pengawas Rumah Sakit (BPRS) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) langsung bergerak cepat melakukan investigasi terkait informasi dugaan penelantaran pasien di Rumah Sakit Tiara Sentosa.

Anggota BPRS Provinsi Sultra, Dr LM Bariun, mengatakan begitu mendapatkan informasi ada penelantaran pasien pihaknya langsung turun melakukan chek dan ricek di Rumah Sakit Tiara Sentosa.

“Secara berjenjang kita cek mulai dari resepsionis, IGD, perawat, penanganan dokter, rekam medik maupun CCTV rumah sakit. Kita periksa satu persatu tidak ada yang masalah, semua dilakukan sesuai SOP,” ujarnya, Kamis (27/10/2022).

Di Rumah Sakit Tiara Sentosa, anggota Badan Pengawas Rumah Sakit memeriksa bagian resepsionis untuk memastikan administrasi. Hasilnya tidak ada yang bermasalah.

Kemudian dokter yang melakukan tindakan pertama terhadap pasien. Berdasarkan penjelasan dari dr Ika, pasien tersebut sakit diare disertai dengan demam.

“Sebagai tindakan pertama diberikan obat penurun panas. Setelah itu anak tersebut diberi inpus. Namun anak tersebut gelisah dan larut malam, sesuai permintaan keluarga pasien sehingga inpusnya dilakukan pergantian nanti keesokan harinya,” jelas Bariun dosen sekaligus pengacara handal ini.

Selanjutnya, pihak rumah sakit menawarkan ruangan kelas III dan VIP. Keluarga pasien memilih ruangan VIP. Setelah pasien istirahat, kemudian dilakukan pemeriksaan lanjutan oleh dokter anak. Kemudian keesokan harinya lagi, dilakukan pemeriksaan secara intensif apakah anak ini mengalami gagal ginjal atau tidak, ternyata anak tersebut hanya sakit diare dan demam.

“Tadi kita minta rekam mediknya, ternyata memang betul hanya sakit diare dan demam. Setelah dirawat hasilnya anak tersebut makin membaik,” jelas Direktur Pasca Sarjana Unsultra tersebut.

Bariun menjelaskan bahwa kejadian tersebut murni miskomunikasi pihak rumah sakit dengan keluarga pasian yang ada di luar.

“Keterlantaran karena ada peralihan ruangan awalnya pilih ruang kelas III kemudian memilih lagi di VIP. Jadi disitu yang bikin lama dan keluarga pasien masih telpon omnya. Tindakan medis sudah dilakukan,” terangnya.

Senada dengan LM Bariun, anggota Badan Pengawas Rumah Sakit sekaligus Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Sultra, dr Hj Asridah Mukaddim, M. Kes menambahkan bahwa pelayanan rumah sakit sudah sesuai SOP, hanya saja masalah tersebut karena komunikasi yang tidak terjalin dengan baik.

“Dari hasil laboratorium yang kita cek tadi tidak ada kelainan ginjal, pasien hanya sakit diare,” jelas mantan Direktur RSUD Kendari tersebut.

Menurutnya, standar operasional prosedur Rumah Sakit Tiara Sentosa sudah baik, hanya saja komunikasi yang terbangun. Maka dari itu kata Asridah, pentingnya mewujudkan pelayanan kesehatan yang berbudaya humanis dalam artian bagaimanapun kondisi pasien tetap harus perlakukan dengan baik.

“Agar tidak terjadi lagi, dalam melakukan pelayanan harus menjalin komunikasi dengan baik. Disinilah pentingnya memperlakukan pasien dan keluarganya seperti keluarga kita sendiri. Yang terpenting adalah layani dulu baru menyelesaikan administrasinya,” pungkasnya. (B)

Laporan: La Niati
Editor: Hasrul Tamrin

  • Bagikan