Bangkitkan Gairah Bisnis Anak Muda, ASPPUK Hadirkan Bazar Intermediasi Business Matching

  • Bagikan
Moment pembukaan bazar Intermediasi Business Matching, Wagub Sultra, Kepala OJK Sultra, Diretur Eksekutif ASPPUK, Kepala BI Sultra, serta Stakeholder terkait, (Foto: Wa Rifin/SULTRAKINI.COM)
Moment pembukaan bazar Intermediasi Business Matching, Wagub Sultra, Kepala OJK Sultra, Diretur Eksekutif ASPPUK, Kepala BI Sultra, serta Stakeholder terkait, (Foto: Wa Rifin/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Tengah pandemi Covid-19 bangun gairah bisnis anak muda, Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil (ASPPUK) adakan Bazar Intermediasi Business Matching bagi UMKM di Provinsi Sulawesi Tenggara didukung oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sultra, dan TPAKD Sultra serta stakeholder terkait, Jumat (26/3/2021).

Kegiatan tersebut menyongsong tema meningkatkan eksistensi bisnis pemuda yang penuh inovasi dan berjiwa saing guna menembus pasar global 2021.

Direktur Eksekitif ASPPUK, Salmiah Ariayana, mengatakan Business Matching ini adalah salah satu program dari ASPPUK dan program ini berada di tiga provinsi yakni Jawa Barat, Sulawesi Selatan dan Sultra. Program ini juga ada di ASIA, ada di Thailand dan ada di Philipina.

“Terealisasinya dan keberada program ini di Sultra dengan dukungan dari stakeholder dan OPD terkait, seperti TPAKD, BUMD, dan BUMN ini sangat apresisasi yang sangat luar biasa. Dan saya sampaikan terimakasih kepada OJK Sultra dari awal kegiatan kami sangat didukung. Kami memiliki program yang sama dengan OJK yaitu memiliki visi yang sama untuk melakukan literasi keuangan kepada anak-anak muda di Sultra,” terang Salmiah, Jumat (26/3/2021) saat membawakan sambutan.

Salmiah sampaika, bahwa program Business Matching ini yaitu untuk memberdayakan anak muda agar mereka bisa mengenali potensi mereka memilih kerja atau melakukan bisnis sesuai kemampuan dan keahliannya.

“Ini adalah program global, dimana anak muda akan menjadi bonus demografi tahun 2020 sampai 2030. Populasi mereka akan meledak dan ini akan menjadi ancaman tersendiri jika sejak saat ini tidak diarahkan untuk berkarya,” ujarnya.

Untuk program tersebut di Sulsel dan Sultra pihaknya telah merekrut sebanyak 400 anak muda yang benar-benar anak muda yang punya motifasi dan keinginan besar untuk menjadi pengusaha di Sultra.

Selain itu ASPPUK juga sudah melakukan training beberapa kali dan menghadirkan mentor-mentor yang bekerja bersama ASPPUK untuk mengajarkan anak muda melakukan bisnis dan turun kepasar.

“Kami juga melakukan seleksi dari 200 orang di Sultra dan 195 orang di Sulsel dan kami hanya mendapatkan sekitar 40an orang anak muda untuk kita training dan mendapatkan pendampingn lebih lanjut dan hari ini hanya keluar 11 anak dan siap untuk kepasar. Jadi 11 orang ini siap kepasar global nasional,” tuturnya.

Ia juga menegaskan bahwa dari data statistik anak muda di Sultra hanya sekitar 0,21 persen yang bergerak di bidang wirausaha.

“Ini masih menjadi tantangan dan masih sangat besar sekali untuk menciptakan anak mudah untuk berwirausaha sedangkan tuntutan nasional kita minimal 2 persen merupakan pelaku usaha,” tambahnya.

Pada kesempatan yang sama Kepala OJK Sultra Mohammad Fredly Nasution, juga mengatakan dalam pelaksanaan business matching melalui kegiatan Bazar Intermediasi yakni Empower Youth For Work untuk implementasi Program TPAKD Provinsi Sulawesi Tenggara.

Ia juga katakan dalam rangka mendukung pencapaian target inklusi keuangan sebesar 90 persen dan literasi keuangan sebesar 50 persen pada Tahun 2024 sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan Presiden Nomor 114 Tahun 2020 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI), Pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan, Industri Jasa Keuangan, dan stakeholders terus mendorong peningkatan literasi dan inklusi keuangan masyarakat Indonesia. 

Berdasarkan data hasil Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLKI) ke-tiga yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2019 menunjukkan indeks literasi keuangan mencapai 38,03 persen dan indeks inklusi keuangan 76,19 persen. 

“Secara khusus di Sultra, Indeks Literasi Keuangan (ILK) sebesar 36,75 persen dan Indeks Inklusi Keuangan (IIK) mencapai 75,07 persen. (di bawah target nasional). Pemerintah, OJK, Kementerian/lembaga terkait, Industri Jasa Keuangan dan berbagai pihak lain, terus meningkatkan edukasi di masyarakat yang disinergikan dengan program TPAKD. Dengan sinergi dan kerja keras tersebut target indeks inklusi keuangan sebesar 90 persen dan literasi keuangan sebesar 50 persen pada Tahun 2024 dapat tercapai,” ungkap Fredly. (B)

Laporan: Wa Rifin
Editor: Hasrul Tamrin

  • Bagikan