Baru Selesai Dikerjakan, Bahu Jalan di Wakatobi Sudah Retak

  • Bagikan
Bahu jalan retak di Desa Numana. (Foto: Amran Mustar Ode/SULTRAKINI.COM)
Bahu jalan retak di Desa Numana. (Foto: Amran Mustar Ode/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: WAKATOBI – Belum cukup sebulan selesai dikerjakan, sejumlah proyek pembangunan bahu jalan di Pulau Wangi-wangi, sudah retak.

Salah seorang warga Wangi-wangi, La Piang, mengatakan pekerjaan bahu jalan di kompleks Perkantoran Manugela Kecamatan Wangi-wangi, sekitar 1 kilo meter retak di berbagai sisi. Sama halnya yang terjadi di Desa Numana hingga Kelurahan Mandati 3, Kecamatan Wangi-wangi selatan. Diduga dalam pekerjaan proyek tersebut menggunakan pasir lokal, karena terdapat sejumlah tumpukan pasir lokal di beskem kontraktor.

Nilai kontrak proyek yang dikerjakan oleh CV. Bintang Tombika Konstruksi itu, sebesar Rp 7.301.465.398.34, dengan panjang bahu jalan yang dikerjakan sekitar 7 kilo meter dengan 1 satu meter.

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek, Heny Syarif, mengatakan pekerjaan proyek tersebut merupakan dana hibah dari Australia. Sehingga jika pekerjaan tidak sesuai spesifikasi, tidak akan dibayarkan.

“Dana hibah dari Australia ini terbagi menjadi lima paket, anggarannya sekitar Rp 26 miliar. Desa Numana dan Manugela masuk dalam paket lima. Baru pekerjaannya bukan hanya bahu jalan, tapi juga pembersihan saluran, dan lain-lain,” kata Heny Syarif, Selasa (16/7/2019).

Kata Heny, pekerjaan proyek tersebut telah dilakukan sesuai spesifikasinya. namun keretakan tersebut kemungkinan kurangnya penyiraman air usai dikerjakan.

“Lihat saja di Numana, karena rutin disiram makannya dia tidak retak. Biasanya sampai seminggu usai pekerjaan harus sering disiram,” jelasnya.

Sementara itu, pengawas lapangan proyek Solihin menjelaskan, mengenai tingkat kemiringan dan kekuatan betonnya telah dikerjakan sesuai spesifikasi.

Keretakan tersebut terjadi, kata Solihin, karena konstruksi pekerjaan bahu jalan tidak menggunakan besi dan cuaca panas.

“Ketika bentangan panjang beton pasti berat, artinya kalau satu sudah kerin baru kita sambung dengan yang baru pasti akan tertarik, sehingga disitu terjadi keretakan, apa lagi berada di kemiringan, terkecuali kita cor di tempat yang rata,” paparnya, Rabu (17/7/2019).

Ia membantah, menggunakan pasir lokal dalam proyek tersebut. ” “Pasir di sana itu stok lama. Kami pakai pasir dari Ambon, pasir kali. Kami tidak pakai pasir laut karena kadar garamnya tinggi,” terangnya.

Laporan: Amran Mustar Ode
Editor: Habiruddin Daeng

 

 

  • Bagikan