SULTRAKINI.COM: KONAWE – Kabupaten Konawe dikenal sebagai penyumbang beras terbesar untuk Sultra. Namun apa jadinya jika lumbung beras Sultra itu dikuasai pengusaha asal provinsi tetangga?
Kepala Perum Bulog Sub Divre Unaaha, Luthfi Said tidak menampik hal tersebut. Ia membenarkan banyak beras petani di Konawe yang dijual ke pengusaha Sulawesi Selatan.Menurut Luthfi, petani rela menjual gabahnya ke \”pengusaha sebelah\” karena dibeli dengann harga yang lebih tinggi.
\”Mereka membeli dengan harga yang lebih tinggi, makanya petani juga menjual gabahnya kepada mereka. Walaupun nantinya, ketika sudah jadi beras dan dijual kembali ke Sultra harga juga lebih mahal,\” ujarnya.
Lanjut Luthfi, pemerintah memang tidak bisa melarang hal tersebut, sebab belum ada regulasinya. Bulog sendiri pun belum bisa menjadi pesaing bagi para pengusaha tersebut dalam perang harga. \”Harga Pembelian Pemerintah (HPP) beras sudah ditetapkan dalam Inpres presiden, yakni Rp7300,\” jelasnya.
Atas acuan tersebut, Bulog tidak bisa bersaing dengan para pengusaha. Namun kata Luthfi, penyerapan beras lokal di Konawe selalu memenuhi target. Tahun 2015 Bulog dapat penyerap hingga 8400 ton. Sedangkan tahun ini Bulog diberi target sebanyak 9.875 ton.
\”Jika harga naik, kami masih bisa normalkan dengan intervensi pasar berupa operasi pasar. Seperti yang terjadi pada Februari lalu, kami langsung turun lapangan. Alhamdulillah kami bisa menjual hingga 18 ton dari beberapa titik pasar,\” pungkasnya.(C)
Editor: Gugus Suryaman