126 Stand Pameran HPS di MTQ Pamer Komoditas Unggulan, Aceh Pamer Gula Merah dari Batang Sawit

  • Bagikan
Stand Perintahan Aceh, Sabtu (2/11/2019) (Foto: Wa Rifin/SULTRAKINI.COM)
Stand Perintahan Aceh, Sabtu (2/11/2019) (Foto: Wa Rifin/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Jelang pembukaan pameran komoditas pangan peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) yang dipusatkan di pelataran Tugu Religi Eks MTQ Kendari, Sabtu (2/11/20190 malam, pengunjung kini mulai memadati stand-stand pameran.

Sebanyak 126 stand pameran perwakilan se- indoensia berjejer rapi dengan berbagai komoditas unggulanya, yang terdiri dari 3 stand pameran Kementerian, Pertanian, Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, 30 stand pameran Provinsi, 50 stand pameran kabupaten, 17 stand pameran kota, dan 26 stand pameran BUMN. Masing-masing menampilkan berbagai hasil komoditas unggulan yang ada di daerah maupun instansi masing-masing.

Salah satu stand, Pemerintahan Aceh, terlihat mulai padat pengunjung. Dengan menghadirkan berbagai ragam komoditi penunjang ekonomi terbesar daerahnya, seperti tanaman pangan dengan teknologi tinggi yaitu gula merah dari batang sawit dan kopi Arabika. Standnya menarik pengunjung untuk menyaksikan.

Tujuan utama Pemerintah Aceh hadir di Sulawesi Tenggara ingin menyampaikan dan mempromosikan hasil buminya di manca negara. Selain itu mereka menginginkan masyarakat di Sultra mampu berinovasi mengolah tanaman pangan dengan teknologi tinggi sehingga mempunyai nilai jual yang tinggi.

Kepala Bidang (Kabid) Pengolahan dan Pemasaran Perkebunan (Distanbun) Provinsi Aceh, Azanuddin Kurnia, mengatakan produk yang ditawarkan di pameran HPS ini lebih ke produk unggulan, yang sangat ditonjolkan yaitu gula merah dari batang sawit dan kopi Arabika.

“Dua produk ini sangat kami gencarkan, karena sudah dilirik masyarakat luar negeri dan kami upayakan untuk bisa di ekspor keluar negeri. Kopi kami saat ini juga sudah mampu di ekspor. Sementara yang sedang diupayakan saat ini yaitu gula merah yang masih belum memenuhi permintaan untuk di ekspor,” kata Azanuddin Kurnia, Sabtu (2/11/2019).

Azanuddin menjelaskan, bahan pokok pembuatan gula merah ini berasal dari batang sawit yang sudah diambil daunnya dan sudah menjadi limbah. Katanya, untuk saat ini pemenuhan orderan (permintaan) dalam daerah sudah mampu diadakan, namun untuk keluar (ekspor) belum, sebab masih membutuhkan bahan pokok dari sawit yang harus tumbuh ribuan hektar lagi.

“Inovasi yang kami lakukan yaitu membersihkan kembali batang sawit itu lalu diambil air nirannya dan diolah jadi gula merah. Jadi dari limbah, kami upayakan bisa jadi pundi-pundi rupiah,” tuturnya.

Dia mengungkapkan, dari hasil pengolahan limbah batang sawit tersebut bisa mengahsilkan nilai uang jutaan rupiah perhektarnya.

“Jika diakumulasikan penghasilan petani kami per hektar selama tiga bulan bisa mencapai 60 juta rupiah,” bebernya.

Dirinya mengharapkan setiap daerah punya minat untuk melirik hasil pertaniaanya, sebab yang biasanya sudah menjadi sampah akan diabaikan saja ternyata jika diolah punya nilai yang tinggi.

“Semua daerah yang ada di pamerah HPS sudah kami tawarkan untuk dibuat di daerah masing-masing. Tapi Pemerintah Sultra inginkan juga pembuatan gula merah ini kami siap dampingi dan belajar sama-sama,” tutupnya.

Laporan: Wa Rifin

Editor: Hasrul Tamrin

  • Bagikan