2018 Perekonomian Indonesia Mulai Membaik

  • Bagikan
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK) Wimboh Santoso memberikan keterangan kepada wartawan hasil rapat perdana DK OJK periode 2017-2022 di Jakarta, Kamis (20/7). ANTARA FOTO/Sigid Kur

SULTRAKINI.COM: Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso mengklaim kondisi perekonomian Indonesia di tahun depan akan lebih baik. Klaim Wimboh tersebut didasarkan pada sejumlah indikator yang telah diproyeksikan untuk 2018 mendatang.

Salah satunya terkait faktor geopolitik global yang disebutkan relatif mereda. Meski saat ini tengah ada gejolak politik di Arab Saudi, namun Wimboh menilai hal itu tidak akan berdampak langsung pada perekonomian Indonesia.

“Proyeksi IMF dan Bank Dunia untuk negara-negara maju dan berkembang itu meningkat. Tekanan-tekanan geopolitik internasional tidak seperti saat 2014-2015, di mana saat itu ada masalah di Ukraina dan negara-negara Timur Tengah,” ucap Wimboh di kantornya pada Jumat (10/11/2017) kepada Tirto.

Kendati demikian, OJK mengimbau agar faktor geopolitik di beberapa negara maupun kawasan tetap harus diantisipasi. Di samping itu, dua faktor eksternal lain yang dinilai berpotensi menjadi tantangan bagi perekonomian Indonesia ialah ketidakpastian kebijakan moneter di beberapa negara utama dan harga komoditas yang diprediksi menguat.

“Perekonomian dunia memang arahnya positif. Namun demikian bukan berarti tidak ada risiko. Salah satu risikonya, yakni kenaikan suku bunga The Fed (Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve) yang merupakan tradisi akhir tahun, serta terpilihnya Gubernur baru The Fed,” ungkap Wimboh. 

Lebih lanjut, Wimboh sendiri turut berharap pada perekonomian Tiongkok agar dapat menunjukkan peningkatan. Lewat pertumbuhan ke arah yang lebih positif, Wimboh memprediksi Tiongkok bakal semakin membutuhkan barang-barang impor dari Indonesia.

“(Impor) Itu akan berdampak positif juga bagi kita. Inilah yang mungkin juga akan semakin mendorong perekonomian kita di 2018,” kata Wimboh.

Sementara itu, OJK melihat tantangan dari faktor domestik untuk perekonomian tahun depan akan datang dari terbatasnya sumber pembiayaan infrastruktur, laju perbaikan kinerja intermediasi LJK (Lembaga Jasa Keuangan) dan sektor riil, perkembangan layanan keuangan berbasis digital (fintech) yang semakin pesat, dan juga tahun politik.

Akan tetapi di sisi lain, Wimboh menilai likuiditas terbilang cukup kuat, permodalan perbankan menguat 23 persen dan terus naik setiap tahunnya, serta antusiasme di pasar modal relatif tinggi.

“Pertumbuhannya tahun ini cukup tinggi, sehingga kini sudah hampir Rp200 triliun sampai akhir bulan. Lalu akan terus naik sampai Rp222 triliun di Desember. Ini sudah melampaui target kami,” ucap Wimboh lagi.

Oleh karena perekonomian yang diproyeksikan bakal membaik di tahun depan, OJK pun telah menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran angka 12-13 persen. Angka tersebut meningkat dari perkiraan pertumbuhan kredit di tahun ini yang berkisar 9-11 persen.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana mengungkapkan strategi yang telah dipersiapkan guna mencapai target tersebut adalah dengan melakukan konsolidasi dan menyehatkan kinerja.

“Tugas kami adalah membuat stabil kondisi perbankan, sehingga dapat menjadi landasan kokoh supaya mereka bertumbuh dengan cepat,” ujar Heru. 

Sumber: Tirto.id

  • Bagikan