3 Doktor Budidaya Perairan UHO Latih Petani Tambak di Konsel

  • Bagikan
Pembuatan pupuk organik menggunakan sistem aerob yang dimodifikasi dengan menggunakan probiotik atau inokulan mikrorganisme oleh tim dosen UHO. Foto: Ist.
Pembuatan pupuk organik menggunakan sistem aerob yang dimodifikasi dengan menggunakan probiotik atau inokulan mikrorganisme oleh tim dosen UHO. Foto: Ist.

SULTRAKINI.COM: Tim doktor dari Program Studi Budidaya Perairan Universitas Halu Oleo yang terdiri Dr Yusnaini, Dr Baheri, dan Indriyani Nur, Ph.D melakukan sosialisasi pada kelompok petani tambak Sitto Mas Desa Mondoe Kecamatan Pallangga Selatan Kabupaten Konawe Selatan.

Menurut Dr Yusnaini, kegiatan pengabdian kepada masyarakat tersebut dilaksanakan pada 5 Mei 2019 sebanyak empat tahap. Pertama, dalam bentuk ceramah, diskusi, pelatihan/praktek pembuatan pupuk organik dan cara penggunaan pupuk organik pada tambak.

“Dalam kegiatan ini memperkenalkan kelebihan dan kekurangan pupuk organik, bahan-bahan pupuk organik, penggunaan pupuk organik di tambak,” katanya.

Kedua, Pelatihan dan praktek langsung oleh petani tambak agar mereka mahir memproduksi pupuk organik, mampu menggunakan pupuk organik pada kegiatan budidaya udang vanname atau ikan bandeng.

Ketiga, teknik pemupukan dengan menggunakan pupuk organik pada tambak. Dan keempat adalah teknik budidaya udang vannmae dan ikan bandeng hingga dapat dilakukan evaluasi produksi setelah panen dengan membandingkan dengan produksi sebelum menggunakan pupuk organik.

Empat tahapan kegiatan tersebut dilakukan oleh tim dosen dibantu mahasiswa sebagai problem solving, dengan penerapan teknologi tepat guna tentang teknologi produksi pupuk organik fermentasi dan penggunaan pupuk organik pada usaha budidaya udang vanname dan ikan bandeng di tambak marjinal.

Pembuatan pupuk organik (PO) dilakukan dengan menggunakan sistem aerob yang dimodifikasi dengan menggunakan probiotik atau inokulan mikrorganisme sebagai dekomposer. Bahan baku utamanya adalah kotoran sapi, kotoran ayam petelur dan probiotik.

Selama ini petani tambak setempat melakukan budidaya dengan sistem tradisional, yakni dengan tidak mengandalkan pakan buatan sebagai pakan tambahan tetapi lebih mengandalkan pakan alami.

Untuk menumbuhkan pakan alami, maka diperlukan pupuk untuk menyuburkan tanah dasar dan perairan. Permasalahan yang terjadi di lokasi PKM adalah sulitnya mendapatkan pupuk anorganik (pupuk buatan), pupuk yang selama digunakan petani tambak dalam kegiatan budidaya tersebut.

Distribusi pupuk hingga ke daerah kurang lancar sehingga menyulitkan pengelolaan dan menurunnya produksi tambak. Kondisi petambak diperparah lagi dengan adanya konsensus antara petambak dengan penyedia sarana produksi (saprodi), bahwa penyedia saprodi sekaligus sebagai pembeli hasil tambak.

Karena itu, tim dosen dan mahasiswa dari UHO menganggap bahwa perlu pengalihan penggunaan pupuk anorganik ke pupuk organik dengan memanfaatkan bahan baku yang murah agar membantu petambak dalam meningkatkan kesejahteraannya.

Bahan baku untuk produksi pupuk organik dapat disuplai dari dalam dan luar daerah. Bahan organik berupa kotoran sapi dapat diperoleh dari peternak sapi yang ada di sekitar lokasi mitra. Di Desa Mondoe terdapat peternakan sapi, sedangkan bahan organik berupa kotoran ayam dapat disuplai dari pemelihara ayam petelur dari luar Desa Mondoe, demikian juga probiotik dapat diperoleh dari penyedia sarana produksi.

Laporan: Shen Keanu

  • Bagikan