Air Kotor di Wilayah Kendari Ini akan Dijernihkan Pakai Biji Kelor dan Kulit Pisang

  • Bagikan
Kebun dasawisma Kelurahan Rahandouna, Kecamatan Poasia, Kota Kendari.
Kebun dasawisma Kelurahan Rahandouna, Kecamatan Poasia, Kota Kendari.

SULTRAKINI.COM: Seperti umumnya daerah di dekat pesisir laut/teluk, permasalahan ketersediaan air bersih dan pencemaran sumber air juga terjadi di Kota Kendari. Terlebih beberapa tahun terakhir, Kendari mengalami banjir yang berdampak pada tercemarnya sumber air yang menjadikannya kotor dan keruh. Kondisi ini termasuk sering dihadapi masyarakat di Kelurahan Rahandouna, Kecamatan Poasia, Kota Kendari. Wilayah ini berada di lokasi rendah dan letaknya dekat atau berhadapan dengan Teluk Kendari.

Air merupakan sumber utama kehidupan dan sangat berkaitan erat dengan taraf hidup kesehatan masyarakat.

Saking pentingnya, terutama di wilayah terdampak permasalahan air seperti Kelurahan Rahandouna, Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yang diketuai PPM Prof. Ir. Teguh Wijayanto, M.Sc., Ph.D merencanakan penerapan teknologi penjernihan air alami, dengan memanfaatkan tanaman dan sumber daya lokal di wilayah setempat dengan mitra sasaran khususnya kelompok dasawisma/kelompok IRT.

Penjernihan air umumnya dilakukan dengan cara menambahkan senyawa kimia penggumpal (koagulan) ke dalam air kotor yang akan diolah. Namun zat kimia tersebut sulit dijumpai dan harganya relatif mahal.

Penggunaan zat kimia kurang ramah lingkungan, apalagi dalam jumlah berlebih bisa berdampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan. Solusi dan target khusus yang ditawarkan, yakni mengembangkan sistem penjernihan air sederhana. Salah satu alternatif yang tersedia secara lokal dengan mengembangkan sistem penjernihan air menggunakan koagulan alami dari tanaman atau sisa tanaman dan sumber daya lokal lain yang mudah diperoleh di sekitar kita.

Biji kelor (Moringa Oleifera) dan kulit pisang merupakan contoh produk tanaman yang dapat digunakan sebagai sumber koagulan organik alternatif. Serbuk biji kelor dapat digunakan sebagai pengabsorbsi, menggumpalkan sekaligus menetralkan tegangan permukaan dari partikel lumpur dan logam berat yang terkandung dalam substansi limbah.

“Sumber daya tanaman ini banyak tumbuh atau dijumpai di sekitar kita. Penggunaan teknologi tepat guna berbasis sumber daya lokal sebagai bahan penjernih air, memiliki banyak keuntungan, antara lain bahan mudah diperoleh, teknologi sangat mudah/murah, aman bagi kesehatan, dapat menjernihkan air lumpur maupun air keruh, dan mengurangi mikroorganisme dalam air,” jelas Teguh Wijayanto dalam rilisnya diterima SultraKini.Com, Kamis (6 Desember 2018).

Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yang diketuai PPM Prof. Ir. Teguh Wijayanto, M.Sc., Ph.D.
Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yang diketuai PPM Prof. Ir. Teguh Wijayanto, M.Sc., Ph.D.
Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yang diketuai PPM Prof. Ir. Teguh Wijayanto, M.Sc., Ph.D.

Dalam program kemitraan kepada masyarakat tersebut, pihaknya akan melaksanakan dua bidang kegiatan, yaitu pengembangan/aplikasi teknologi penjernihan air dan bimbingan teknis budidaya tanaman kelor.

Kegiatan dilaksanakan melalui sosialisasi berupa bimbingan teknis dan diskusi, peragaan, dan aplikasi teknologi tepat guna penjernihan air berbasis sumber daya lokal guna mengatasi masalah air kotor/keruh di Kelurahan Rahandouna. Termasuk di dalamnya melakukan pendampingan. Sebab kegiatan ini melibatkan secara langsung kelompok dasawisma/Kelompok IRT melalui kegiatan penyuluhan, demonstrasi, dan bimbingan teknis pembuatan miniatur instalasi penjernihan air dan budidaya tanaman kelor. (adv)

(Baca juga: Dosen Pertanian UHO Manfaatkan Sisa Tanaman untuk Jernihkan Air Keruh)

Editor: Sarini Ido

  • Bagikan