Aksi Tuntut Pemukulan Mahasiswa STAI Wakatobi, Demonstran Dihadang Aksi Tandingan

  • Bagikan
Aksi demonstan yang dihalang-halangi oleh sejumlah mahasiswa di sekitar STAI Wakatobi. Sultra. (Foto: Amran Mustar Ode/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: WAKATOBI – Tindak lanjut pemukulan sejumlah mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Wakatobi, berlanjut dengan demo susulan dari para mahasiswa menuntut atas aksi pemukulan dan sikap otoriter dari pihak Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan pengelola kampus, Rabu (6/12/2017).

Aksi untuk menemui Kasatpol PP Wakatobi itu rupanya tidak berjalan lancar, sebab yang bersangkutan tidak berada ditempat. “Pak kasat lagi ke Polres Wakatobi, ada urusannya di sana,” kata Anggota Satpol PP Wakatobi, Malik saat dikonfirmasih SultraKini.Com, Rabu (6/12/2017).

Tujuan demonstran menemui Kasatpol PP guna meminta dilakukan pemecatan terhadap anggotanya yang terlibat aksi pemukulan terdapat sejumlah mahasiswa STAI Wakatobi saat berorasi tentang pengangkatan ketua BEM sera aklamasi pada 30 November 2017.

“Berdasarkan aturan, sudah jelas yang yang menghalang-halangi orang aksi, maka ancamannya satu tahun penjara,” kata Salah Seorang Orator Aksi, Alwi.

(Baca: Kasatpol PP Wakatobi: Jika Terbukti Benar Memukul, Saya Serahkan ke Polisi)

Hal yang sama juga terjadi ketika hendak menemui pengelola STAI Wakatobi. Bukannya mendapat respon dari pihak kampus, demonstran justru mendapat aksi tandingan dari sejumlah mahasiswa dari kampus yang sama.

Melihat hal tersebut, Orator Aksi lainnya, Harjo menantang sejumlah mahasiswa yang melakukan demo tandingan terkait proses demokrasi di kampus.

“Saya tantang kalian, kalau kalian berani bilang proses demokrasi berjalan di kampus. Mahasiswa ikut organisasi di luar kampus, dibatasi, pengangkatan ketua BEM secara aklamasi, mahasiswa tuntut haknya di ukul lalu di DO, apakah itu yang dibilang demokrasi,” ucap Harjo.

Sementara itu, salah seorang mahasiswa yang melakukan demo tandingan, La Juna menantang kembali para pendemo yang mengatasnamakan Aliansi Organisasi Kemahasiswaan dan Kepemudaan Wakatobi.

“Kan jelas waktu pencalonan ketua BEM hanya satu calon yang layak, sehingga pihak kampus mengangkat ketua BEM secara aklamasi, dimana yang tidak ada proses demokrasinya,” ujar La Juna.

Selama aksi kedua pihak berlangsung, sejumlah aparat kepolisian ikut mengawal aksi tersebut.

Laporan: Amran Mustar Ode

  • Bagikan