Begini Pelatihan Militer Sipil yang Benar Versi Tentara

  • Bagikan
Markas Komando Resor Militer 143 Halu Oleo. (Foto: Rian Adriansyah/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Masing-masing intitusi militer memiliki Standar Operasional Prosedur dalam menjalankan pelatihan maupun operasi militer di lapangan. Bagi tentara bisa jadi berbeda dengan polisi. Namun semua lembaga tetap mengutamakan kewaspadaan demi keselamatan nyawa manusia.TNI, memiliki SOP yang sangat ketat dalam menjalankan pelatihan terutama bagi masyarakat sipil. Kepala Penerangan Korem 143 Halu Oleo, Mayor (Inf) Azwar Dinata, yang dimintai keterangan oleh SULTRAKINI.COM menjelaskan, pengenalan senjata api maupun bahan peledak diperbolehkan bagi warga sipil.Akan tetapi, pengawasannya harus ketat dan hanya diperbolehkan untuk mengenal jenis, nama serta melihatnya. Dilarang untuk memegang apalagi membongkar bagi yang masih pemula.\”Ya boleh saja diperkenalkan, ini yang asli ini bahan peledak imitasi. Senjata juga begitu, tapi kalo harus bongkar bagian dalam, ya jangan dong, itu gak boleh,\” kata Azwar.Dia mencontohkan saat pameran dalam acara perayaan HUT TNI. Senjata dan bahan peledak diperkenalkan kepada masyarakat termasuk anak-anak, bahkan disilahkan untuk berfoto selfie.Sementara untuk penggunaan dalam pelatihan, SOP versi TNI harus melalui pencatatan. Mulai dari keluarnya senjata atau bahan peledak, peruntukannya, medan tempat digunakan, hingga pengawasannya harus ketat.\”Apalagi kalau sampai hilang, bisa digantung kita, dicopot pangkat dan jabatan,\” ujarnya.Dalam pelatihan militer bagi sipil, TNI melakukannya khusus di tempat latihan. Tidak di tempat terbuka yang banyak warga sipil, apalagi jika menggunakan perlengkapan perang asli. Sebab segala kemungkinan bisa saja terjadi.Menurut Mayor Azwar, granat tidak boleh diletakkan di tempat keras apalagi diberikan kepada orang yang gampang gugup. Orang yang jantungan (punya riwayat penyakit jantung), latah atau gemetaran, tangannya gampang goyang dan berkeringat. Hal ini dapat menyebabkan granat jatuh dari genggaman.Dalam SOP TNI, latihan pengenalan granat harus di medan lunak atau lapangan berumput. Sebab bahan peledak ini sangat rawan getaran jika terjatuh di lantai yang keras, sekalipun pin pengaman belum dicabut.\”Hitungan granat itu kan cuma empat detik tu pak. Satu.. dua.. tiga.. deng.. gitu langsung meledak,\” terang Azwar mensimulasikan.Tindakan paling aman untuk menyelamatkan diri, harus cepat mencari tempat perlindungan terdekat atau paling tidak harus tiarap di tanah. Daya ledak Granat Nenas untuk jarak penggunaan dekat antara 10-30 meter.Berdasarkan pengalaman melatih masyarakat sipil, seperti Resimen Mahasiswa dan sebagainya, TNI tidak langsung menggunakan benda asli. Bagi pemula, TNI memakai Alin atau alat instruksi, termasuk granat. Maksimal bahan peledak yang hanya menimbulkan asap.\”Medannya juga kita pilih yang tidak beresiko tinggi. Psinya pun harus kita cek, kan tidak mungkin kita suruh orang yang alergi ketinggian naik ke tempat tinggi,\” katanya.Kriteria peserta latihan senjata api dan bahan peledak asli versi tentara, kata Azwar, minimal harus semi militer. Karena yang berlatih menggunakan alat tersebut untuk persiapan operasi.Mengenai kerawanan, daerah Sulawesi Tenggara juga patut diwaspadai dari berbagai potensi termasuk terorisme. Namun untuk pelatihan sipil bersenjata, menurut Azwar, harus sesuai dengan programnya.Terkait insiden meledaknya granat di Universitas Halu Oleo yang menewaskan 4 orang termasuk anggota Brimob Polda Sultra, Mayor Azwar tidak ingin berkomentar jauh. Sebab menurut dia, SOP yang dijalankan polisi kemungkinan berbeda dengan yang diterapkan TNI.\”Tanyakan ke Polda aja yah terkait kejadian tersebut, maaf banget nih ini bukan wewenang kami,\” katanya saat dikonfirmasi di ruangannya, Jumat (01/4/2016).(B)Editor: Gugus Suryaman

  • Bagikan