Betulkah Kematian Paus Sperma di Wakatobi Akibat Sampah?

  • Bagikan
Ikan paus sperma terdampar di Pulau Kapota, Wakatobi. (Foto: istimewa)
Ikan paus sperma terdampar di Pulau Kapota, Wakatobi. (Foto: istimewa)

SULTRAKINI.COM: WAKATOBI – Misteri kematian ikan paus sperma di Pulau Kapota, Kabupaten Wakatobi belum terungkap. Menurut Akademi Komunitas Kelautan dan Perikanan Wakatobi, sampah di dalam pencernaan paus belum menunjukkan sumber utama penyebab kematian mamalia yang mampu menyelam di kedalaman lebih dari 9.500 kaki atau 2,9 kilometer itu.

“Kami belum tahu pasti penyebab kematian paus itu, namun saya pengen sampaikan bahwa penemuan sampah di saluran pencernaan paus belum menunjukkan sumber atau penyebab matinya paus dikarenakan sampah,” ujar Ketua Program Studi Konservasi Kelautan, Akademi Komunitas Kelautan dan Perikanan Wakatobi, Fitra Wira Hadinat, Jumat, (23/11/2018).

Menurutnya, hewan yang mampu menahan napas hingga 90 menit tersebut, hidup berkelompok besar, dalam satu kelompok mencapai 20 hingga 30 ekor sehingga mereka akan berenang bersama serta memakan sumber yang sama.

“Lain halnya jika temukan paus terdampar dalam keadaan mati dengan jumlah yang besar atau kelompok besar, kemudian dalam saluran pencernaannya ditemukan sampah, otomatis kita bisa menyimpulkan penyebab kematian paus oleh sampah,” tambahnya.

Dirinya berharap, publik tidak langsung menyimpulkan kematian paus akibat sampah di saluran pencernaannya. Ia juga menduga, paus mati sudah lebih dari dua minggu sebelum terdampar di Wakatobi serta arus yang membawa bangkai paus hingga di wilayah setempat.

“Jika sampah penyebab matinya paus, seharusnya sejak paus baru memakan sampah tersebut. Sampah di saluran pencernaan paus itu juga belum dipastikan berasal dari Wakatobi karena dari beberapa temuan jenis sampah di Wakatobi, khusnnya saat pengambilan sampel sampah di Pulau Sumanga Liya, Kecamatan Wangi-wangi Selatan, teridentifikasi sampah di situ berasal dari Maluku, Maluku Tenggara, Papua barat, dan Sulawesi Selatan,” terangnya.

Sampah dalam pencernaan paus tersebut juga telah dimusnahkan karena mengandung bakteri dan mengeluarkan bau tidak sedap.

Hewan dengan otak lebih dari lima kali berat otak manusia ini pertama kali ditemukan terdampar di Pulau Kapota pada Minggu 11 November lalu. Dalam saluran pencernaan paus sperma ditemukan 5,9 kilogram sampah plastik. Mulai dari tali rafia, botol plastik, kantong plastik, sandal jepit, karung nilon, kayu hingga gelas plastik.

WWF Indonesia juga belum mengetahui penyebab kematian paus sperma atau paus kepala kotak (physeter macrocephalus) di Wakatobi. Begitu juga memastikan kematiannya dikarenakan sampah plastik lantaran bangkai paus tidak dilakukan nekropsi secara langsung dan tidak mendapatkan detail informasi.

“Sehingga tidak mengetahui secara pasti titik persebaran sampah tersebut di saluran pencernaannya dan bagaimana kondisinya, apakah menyumbat, menginfeksi, dan lain sebagainya. Sebab, dalam beberapa kasus, mekanisme tubuh makhluk hidup dapat mengeluarkan benda asing secara natural, asalkan jumlahnya tidak banyak, tidak menyumbat saluran pencernaan, serta tidak menginfeksi atau bahkan meracuni tubuhnya,” ungkap Marine Species Conservation Coordinator WWF Indonesia, Dwi Suprapti.

(Baca juga: Sampah telah Mencemari Laut Terdalam Bumi dan Permukaan Bulan)

Laporan: Amran Mustar Ode
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan