Budidaya Cacing Sutra di Sultra itu Mahasiswa UMK

  • Bagikan
Mahasiswa UMK pengusaha budidaya benih Ikan Lele. (Foto: UMK)
Mahasiswa UMK pengusaha budidaya benih Ikan Lele. (Foto: UMK)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Mahasiswa Program Studi Teknologi Hasil Perikanan (THP) Universitas Muhammadiyah Kendari (UMK) melaksanakan program Kopetisi Bisnis Mahasiswa Indonesia (KBMI) Belmawa Kemristekdikti merancang usaha budidaya cacing sutra yang merupakan pertama di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

UMK memilki Kabupaten Konawe sebagai usaha budidaya karena daerah penghasil lele terbesar di Sultra yang terpusat di Kecamatan Konda. Di wilayah ini, terdapat puluhan lokasi pembudidaya lele skala kecil sampai besar yang telah memulai usaha budidaya sejak lama. Peningkatan produksi lele ternyata diikuti dengan peningkatan kebutuhan pakan, salah satunya pakan untuk benih ikan lele.

Pembudidaya ikan lele mengeluhkan kelangkaan pakan benih lele yang baru ditetaskan. Pakan benih lele yang selama ini digunakan oleh pembudidaya adalah pellet berukuran kecil, dimana pakan tersebut tidak cocok diberikan pada benih lele karena pertumbuhan benih lele menjadi lambat.

Ketua Kelompok Usaha Budidaya Cacing Sutra, M. Syaiful Admaja, menjelaskan sebelum melakukan usaha budidaya cacing, kelompok budidaya mengadakan kunjungan ke beberapa pembudidaya ikan lele di Kecamatan Konda. Kunjungan itu mempelajari cara membenihkan ikan lele. Saat berdiskusi dengan pembudidaya sehubungan kesulitan mereka hadapi usaha pembenihan ikan lele.

“Benih ikan lele adalah pakan alami untuk benih lele, saat ini mereka memberikan cacing sutra yang dibeli di toko-toko pertanian di Kota Kendari yang sudah dalam bentuk kemasan, dimana produk tersebut dikirim dari Jawa atau mereka memesan secara online yang jumlahnya terbatas. Melihat kondisi ini, muncul ide kami membudidayakan cacing sutra dan segera mencari literatur dan membaca buku serta berdiskusi dengan dosen kami,” jelas Syaiful Admaja, Sabtu (10/11/2018).

Pakan yang baik untuk benih lele, yakni cacing sutra yang merupakan pakan alami karena mengandung protein 57,50 persen, lemak 13,50 persen, serat kasar 2,04 persen, kadar abu 3,60 persen, dan kadar air sebesar 87,19 persen.

Adapun kelompok usaha budidaya cacing sebanyak enam orang mahasiswa, yakni M. Syaiful Admaja, Arman, Lilis Saputri, Ahmad Isra Hanafid, dan Roni Sawali. Lokasi budidaya di Desa Lamomea, Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan.

Lanjut Syaiful, setelah mendapat bantuan dana usaha dari Belmawa Kemristekdikti, mahasiswa THP mendirikan usaha budidaya cacing sutra yang dimulai dari pembangunan sarana prasaran budidaya, pakan dan obat-obatan, peralatan pengairan sampai alat pengemasan untuk pemasarannya.

“Saat ini budidaya cacing sutra berjalan selama tiga bulan, cacing sutra sudah siap panen dan siap didistribusikan ke konsumen yang sebelumnya telah memesan dalam jumlah cukup besar,” ucapnya.

Dosen Pembimbing Mahasiswa, Ary Tamtama, mengapresiasi ide mahasiswa. Mereka mampu mencari peluang dari permasalahan yang dihadapi oleh pembudidaya lele di Kecamatan Konda. Jika usaha ini mampu mereka kelola dengan baik dan ditingkatkan lagi kapasitasnya, tidak menutup kemungkinan usaha ini menjadi besar dan berkembang serta membuka lapangan pekerjaan.

“UMK terus mendorong ide kreativitas mahasiswa seperti ini dalam upaya menciptakan jiwa entrepreneurship di lakangan mahasiswa sehingga mereka menciptakan sendiri bahkan membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain,” terang Ary Tamtama.

Saat ini produk cacing sutra mahasiswa THP UMK mampu memenuhi kebutuhan konsumen yang rata-rata masih berasal dari wilayah Kecamatan Konda. Produk cacing sutra dijual Rp300.000 sampai Rp350.000 per kilogram.

Dalam masa budidaya selama tiga bulan telah mampu menghasilkan 30 kilogram cacing sutra yang siap panen dan semuanya telah dipesan oleh pembudidaya ikan lele.

“Kedepannya, mahasiswa berencana akan memperbesar skala usaha dan memperluas jangkauan pemasaran sampai ke seluruh wilayah Konsel sehingga produk mereka dapat terpublikasi ke masyarakat umum,” ujarnya.

Laporan: Rifin
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan