Cerita Spesialis Pembuat ‘Bodi’ dari Desa Wisata Namu

  • Bagikan
Usaha pembuatan perahu (Bodi) yang dikerjakan oleh masyarakat Desa Namu, Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan. (Foto: Rian Adriansyah/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KONAWE SELATAN – Selain terkenal akan daya tarik wisata baharinya, Desa Wisata Namu, Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Provinsi Sulawesi Tenggara juga merupakan tempat bagi para pembuat perahu penumpang maupun nelayan.

Seperti yang dilakukan Takeng (50). Pria asal Desa Namu ini telah menekuni pekerjaan membuat perahu sekitar 30 tahun lamanya. Usaha turun temurun itu, menyebut perahu dengan nama ‘Bodi’ seperti halnya masyarakat Kecamatan Laonti.

Bapak tiga anak tersebut, membuat perahu dari bahan baku kayu Gulumea atau Koni. Jenis kayu ini dipercayanya mampu bertahan lama dengan kondisi air laut.

Misalnya ia yang membuat bodi seharga Rp 15 juta. Jumlah fantastik yang pernah ia kerjakan seumur hidup. Untuk membuat kapal dengan harga itu, ia memerlukan bahan utama kayu sepanjang 9 meter dengan lebar 1 meter. Umumnya waktu pengerjaan untuk membuat satu buah bodi menghabiskan waktu hampir sebulan.

“Harganya ini Rp 1,5 juta per kubik, 15 juta dengan mesinnya mi, langsung terapung,” katanya kepada SultraKini.Com, di Desa Namu, Senin (27/03/2017).

Beberapa Bodi hasil karya Takeng biasa dijualnya bila ada kebutuhan terdesak dalam keluarga, seperti membiayai sekolah anak dan pembangunan rumah. Selain itu, Ia juga mengerjakan dan menerima pemesanan pembuatan Bodi bila ada pemesanan dari desa sebelah.

“Biasa saya jual Rp 8 juta untuk Bodi ukuran kecil. Kalau untuk kerjakan Bodi pesanan kalau ada uang dengan bahan, cepat ji dikerja,” tambahnya sembari melubangi kayu untuk pipa baling-baling bodi.

Usaha pembuatan Bodi yang dilakoni Takeng saat ini mulai diambil alih oleh beberapa keluarga dekatnya. Ia mengaku sudah sakit-sakitan sehingga kurang produktif dalam mengerjakan Bodi.

“Sakit-sakit pinggang ku ini sudah berapa hari mi,” tutupnya.

Bodi biasanya digunakan masyarakat setempat sebagai sarana transportasi, jasa mengangkut barang dagangan setiap hari pasar desa, yakni hari Minggu. Setiap bodi dihargai Rp 15 ribu untuk sekali perjalanan.

Laporan: Rian Adriansyah

  • Bagikan