Cerita Wanita Lajang Mencari Donor Sperma

  • Bagikan
Hayley Chapman

SULTRAKINI.COM: Canberra – Hayley Chapman adalah seorang perempuan Australia yang memutuskan untuk memiliki anak dengan mendapatkan sperma yang diperolehnya dari pria yang ditemuinya lewat internet. Inilah pengalamannya yang diceritakannya dalam sebuah buku berjudul Desperately Seeking Semen.

Setelah mengalami kehancuran hubungan pada usia 39 tahun, saya mendapati diri saya menjadi lajang, setengah baya dan berjuang untuk menemukan pasangan yang sempurna untuk dicintai dan memiliki keluarga.

Tapi saya tahu, saya menginginkan kehadiran seorang bayi, jadi saya melakukan pencarian selama dua tahun untuk ‘hamil’.

Usaha ini termasuk rencana yang gagal untuk kembali dengan mantan saya, satu tahun mengantri dalam program bayi tabung (IVF) dan tiga kali percobaan progam inseminasi buatan (upaya inseminasi intrauterine -IUI) yang gagal, dan juga serangkaian kencan di platform Tinder.

Saya sampai pada suatu titik dimana saya hanya memiliki pilihan menggunakan senjata pamungkas saya berupa program bayi tabung (IVF), memanen telur saya, atau menemukan solusi lain.

Saya mengambil jalan yang terakhir, dan mencari-cari informasi di Google.

Tidak lama kemudian, saya sudah berada di pusaran yang dalam dari tempat donor-donor sperma yang terkenal.

Dengan penyelidikan lebih lanjut, saya menyadari bahwa saya akhirnya mengetahui tempat dimana benar-benar ada banyak pria dalam kehidupan nyata yang dengan senang hati memberikan sperma mereka kepada wanita di seluruh dunia.

Jadi, saya menghentikan usaha saya mendapatkan pria lewat kencan online untuk dinikahi dan mengkonsentrasikan diri mencari pria yang mau menyumbangkan sperma mereka tersebut.

Saya mendaftar ke beberapa situs donor sperma, mulai membaca dengan teliti berbagai kelompok di Facebook dan kemudian mengamati interaksi melalui unggahan dan forum di Facebook selama beberapa bulan.

Dalam masa ini saya juga menemukan beberapa situs buruk yang sempat membuat saya ragu untuk menempuh cara alternatif ini.

Sampai akhirnya ketika Adam Hooper, admin dari kelompok di Facebook untuk Sperma Donasi Australia menjawab semua pertanyaan saya, akhirnya saya merasa nyaman dan cukup berani untuk berkomunikasi dengan beberapa calon donor di kelompok FB dan satu situs lainnya..

Menemukan ‘si dia’

Setelah bercakap-cakap dengan beberapa rekan, saya memilih yang menurut saya sesuai dengan kebutuhan saya.

Tidak hanya dia memiliki tinggi badan lebih dari 180 cm, dan fisik yang bagus, dia juga memahami proses donor secara intim karena dia telah berhasil membantu wanita lain.

Dia juga siap bekerja dengan siklus saya, sudah memiliki keluarganya sendiri, dan bersedia menandatangani dokumen legal yang menguraikan niat, ingin diketahui oleh anaknya di masa depan.

Dia juga telah melakukan pengujian dan penyuluhan genetik, dan dapat menyediakan hasil tes sperma yang baru-baru ini dilakukannya yang membuktikan bahwa dia adalah seseorang yang sangat subur.

Kami terlibat dalam banyak obrolan melalui Messenger dan percakapan telepon serta berbagi foto.

Setelah saya merasa siap, saya kemudian terbang lintas negara bagian untuk menerima donor spermanya dan melanjutkan dengan proses inseminasi.

Dua minggu kemudian, dan yang mengejutkan saya, tes kehamilan memastikan bahwa saya hamil hanya setelah satu kali percobaan.

Jangan asal mencari donor

Saya senang sekali saya memutuskan untuk mengambil cara yang radikal dan menentukan jalan hidup saya sendiri – itu adalah salah satu yang selaras dengan saya secara fisik, spiritual dan finansial.

Walau saya pendukung metode memiliki anak dengan cara alternatif ini, dan sejujurnya saya mengatakan bahwa saya memiliki pengalaman hebat menggunakan internet untuk mendapatkan donor yang layak, saya dengan sepenuh hati percaya bahwa jalan ini perlu dipertimbangkan secara menyeluruh terlebih dahulu.

Saya percaya adalah penting untuk meluangkan waktu untuk menemukan donor yang tepat dan tidak ‘menerima donor sperma dari sembarang orang.

” Tidak semua situs, aplikasi, donatur tunggal, dan grup diciptakan secara sama atau setara dan mungkin mewadahi kepentingan terbaik dari anda dan calon anak Anda di masa depan.”

Rute ini utamanya didasarkan pada tingkat kepercayaan dasar dan niatan serta untuk mengarahkan keinginan memiliki anak secara aman dan sukses, serta waktu investasi yang singkat benar-benar membuahkan hasil.”

Pada akhirnya, saya percaya ini adalah semata tentang mengandung anak yang sehat itu yang paling utama bukan cuma sekedar mendaratkan sperma pria secara acak untuk dapat hamil.

‘Tegas diberdayakan’

Saya sekarang berusia 42 tahun dan meskipun baru setengah jalan dalam menjalani kehamilan saya, saya merasa ini adalah waktu yang tepat untuk berbagi mengenai alternatif untuk memiliki anak dengan ini secara terbuka kepada orang-orang yang mungkin mempertimbangkan untuk menempuh jalan ini.

Saya belajar banyak dan merasa terdorong untuk menulis sebuah buku dan blog untuk berbagi apa yang sekarang saya ketahui,.

Ini agar wanita lajang dan pasangan lesbian lainnya yang juga terbentur pada situasi sulit seperti yang saya alami dapat mempertimbangkan jalur alternatif dan menghilangkan kepercayaan bahwa metode bayi tabung (IVF) adalah pilihan terbaik dan satu-satunya yang tersedia bagi mereka.

Saat saya memilih untuk mencari donor sperma dari sebuah tempat yang sebelumnya menakutkan seperti internet, saya merasa mengalami perubahan mental berpikir.

Saya merasa benar-benar diberdayakan. Tidak lagi kalau hal ini hanya sebuah harapan bagi saya untuk menjadi seorang ibu, tapi lebih dari mungkin saya akan menjadi seorang ibu.

Ini adalah keputusan terbaik yang pernah saya buat.

Sumber: Detik.com

  • Bagikan