Dapat Rekor MURI, Ini Isi Kebun Raya UHO

  • Bagikan
Rektor UHO Usman Rianse menerima sertifikat dari Museum rekor Indonesia (MURI) Dunia Indonesia atas pengakuan kebun raya pertama yang didirikan oleh perguruan tinggi, yang diserahkan langsung Wakil Di

SULTRAKINI.COM:KENDARI- Prestasi nasional kembali dicatatkan Universitas Halu Oleo dalam khasanah dunia pendidikan Indonesia. Prestasi ini diraih bersamaan dengan diresmikannya Kebun Raya Universitas Halu Oleo. Tak banyak yang tahu, Kebun Raya UHO merupakan kawasan konservasi tingkat perguruan tinggi pertama di Indonesia.

 

Kebun raya yang telah diresmikan pada ada 23 Maret 2016, di Gedung Auditorium Mokodompit UHO ini merupakan kawasan konservasi eksitu, yaitu kawasan untuk usaha pelestarian terhadap kekayaan endemik (tumbuhan maupun hewan) yang dilakukan di luar dari habitat aslinya.

 

Tak hanya diakui secara nasional, Kebun raya UHO juga mendapatkan pengakuan dari Museum rekor Indonesia (MURI) dunia Indonesia sebagai kebun raya pertama yang didirikan oleh perguruan tinggi. Sertifikat penghargaan dari MURI, diserahkan langsung Wakil Direktur Muri Dunia Indonesia, Osmar Susilo ini, kepada Rektor UHO Usman Rianse.

 

Dalam sambutannya, Rektor Universitas Halu Oleo, Usman Rianse mengungkapkan, Kebun Raya UHO, nantinya akan digunakan sebagai kawasan konservasi yang mengumpulkan tumbuhan endemik Sulawesi sebagai media edukasi bagi para peneliti yang dibuka untuk umum.

 

“Akan digunakan sebagai lokasi praktek gabungan dari tujuh fakultas, yaitu Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan, Pertanian, Mipa, Teknik, Ilmu Budaya, Farmasi dan Fakultas Teknologi Industri Pertanian,” kata Rektor UHO, Usman Rianse

 

Pra launching kebun raya ini rencananya akan dilakukan oleh, Pembina Dan Pelindung Kebun Raya Indonesia, Megawati Soekarno Putri, namun batal. Selanjutnya persemian ini dilakukan oleh Direktur Bina Pengelolaan Ekosistem Esensial, Antung Deddy Radiansyah mewakili Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

 

Membacakan sambutan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanannya, Antung Deddy Radiansyah mengakui, meski memiliki kekayaan keanekaragaman hayati, masih banyak tumbuhan kategori endemic di Indonesia yang semakin punah, padahal itu merupakan aset Negara. Bahkan, ancamannya pun datang dari ulah manusia, seperti aktivitas manusia yang merusak alam dan laju pertambahan penduduk.

 

“Setiap tahun tumbuhan dan satwa semakin langka dan punah. Sementara kebutuhan pangan manusia bergantu pada keanekaragaman hayati. Sehingga butuh upaya yang perlu diterapkan, yaitu kebun raya, taman hutan raya dan taman keanekaragaman hayati,” jelasnya.

 

Kebun Raya UHO, Merupakan kawasan konserfasi seluas 22,8 hektar. Membangun kawasan ini, UHO akan menggelontorkan anggaran sebesar 59 miliar yang akan digunakan melengkapi koleksi, sarana serta infrastruktur lain.

 

Untuk dapat memasuki kawasan kebun raya. Pengunjung dapat memasukinya melalui gerbang kebun raya yang berada di depan lorong kawat, sekitar 300 meter dari pintu gerbang utama UHO. Untuk didalam kebun raya, kawasan ini terhubung oleh dua jalan lingkar yaitu lingkar luar dan lingkar dalam untuk memudahkan mengelilingi kawasan tersebut.

 

Selain itu, untuk menambah eksotisnya suasana, pengunjung akan melewati sejumlah jembatan yang menghubungkan jalan setapak dengan lebar sekitar semester dan panjang dua kilometer yang melewati penurunan hingga tanjakan kecil di sepanjang kawasan kebun. Untuk pintu keluar, berada di dekat Gedung Perpustakaan UHO.

 

“Senang keliling kebun raya. Saya pertama kalinya masuk kebun raya,” ungkap Seorang Siswa Sekolah Menengah Kartika Kendari, Muh. Subhan yang ikut hadir berkeliling kebun raya UHO.

 

Sebagai kawasan konservasi kekayaan endemik Sultra, kebun Raya UHO Tumbuhan memiliki ikon khas yakni asjia hildebrandii atau secara umum disebut Macadamia. Tumbuhan itu juga telah tumbuh banyak di lokasi kebun raya yang belum terdeteksi jumlahnya. UHO menilai tumbuhan tersebut memiliki nilai estetika, budaya, kandungan gizi dan konservasi sebagai tanaman endemik Sulawesi. Meski perlu ada penelitian lebih lanjut terkait khasiat pengobatan yang dihasilkan dari tumbuhan Macadamia.

 

“Itu yang belum, tapi ada riset yang mengarah ke segi pengobatan. Kalau orang (suku) Muna dia pakai daunnya untuk mandi kalau perempuan hamil tujuh bulan sebagai pelancar melahirkan,” kata Sekretaris Unit Pelaksanan Teknis Kebun Ilmu Hayati UHO, Zulfikar di lokasi Kebun Raya, Rabu (23/3/2016).

 

Untuk saat ini, tumbuhan endemik yang telah berada di dalam kebun raya belum memiliki papan nama. Namun, kata Zulfikar, untuk menambah pengetahuan pengunjung, papan identitas itu, akan segera dipasang agar pengunjung dapat mengetahui berbagai jenis tumbuhan endemik Sulawesi.

 

“Semua tanaman akan diberi label, koordinat, jadi ketika berkunjung ke kantor kebun raya bisa tahu titik-titiknya,” jelasnya usai penanaman sejumlah bibit pohon di tengah kawasan kebun raya.

 

Salah satu titik pembangunan di kawasan kebun raya, terdapat area yang bernama Taman Pulau Muna. Tempat itu diartikan sebagai kumpulan sejumlah jenis tanaman yang berasal dari kepulauan dan telah diwakili dari jenis tanaman hasil pendataan dari Pulau Muna.

 

“Dari kepulauan itu diwakili dari jenis tanaman yang sudah didata dari pulau muna. Ada filosofinya muna itu tanah yang berkah,” tutur Zulfikar.

 

Tak hanya tumbuhan, kebun raya UHO juga nantinya akan digunakan sebagi kawasan pengembangbiakan serta pemeliharaan burung langka serta burung khas Sultra.

 

Dalam pra launching juga hadir, Wakil Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ahmadi Abbas, Kemenristekdikti yang diwakili oleh Sekjen Menristekdikti, Ainun Naim, Wakil Walikota Kendari, Mussadar Mapasomba, sejumlah mahasiswa perguruan tinggi di Kendari dan sejumlah siswa tingkat SMA dan SMP di Kendari.

  • Bagikan