Diduga Dibully Siswa SD di Muna Meninggal

  • Bagikan
Ilustrasi/SULTRAKINI.COM
Ilustrasi/SULTRAKINI.COM

SULTRAKINI.COM: MUNA – Belum sepakan kasus bully yang dialami IF (7) di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara yang nyaris bunuh diri karena depresi. Kembali dialami, AH (9) siswa kelas lima SD yang diduga meregang nyawa akibat dibully teman sekolahnya pada Jumat (25/10/2018).

Hal itu dituturkan oleh paman korban kepada SultraKini.Com. Belakangan diketahui almarhum menjadi korban bully teman sekolahnya sehari sebelum meninggal, saat dirawat di RSUD Muna selama satu minggu.

Awalnya pada 17 Oktober 2018, almarhum mengalami panas, kemudian ibunya membawa ke rumah neneknya di Desa Lagadi untuk berobat kampung. Namun, selama tiga hari tak kunjung sembuh, sehingga dirujuk ke RSUD Muna pada 20 Oktober 2018 untuk mendapatkan perawatan insentif.

Berdasarkan diagnosa dokter, almarhum sakit tipes. Namun dugaan keluarga timbul, saat almarhum selalu mengeluh kesakitan saat disentuh pada bagian kepala belakang sampai bahu.

Curiga ada hal lain, keluarga almarhum bernisiatif mempertanyakan apakah sakit itu akibat pernah jatuh dari sepeda, namun almarhum menjawab tidak. Tetapi saat ditanyakan pernah berkelahi almarhum sempat terdiam dan mengakui jika dirinya sering dipukuli pada bagian leher belakang oleh kedua teman sekolahnya jika tidak dikasih uang.

“Bibi almarhum yang kasih mengaku saat itu sehari sebelum meninggal, karena korban selalu mengigau katakan jangan pegang saya, kalian mau pukul saya lagi kepada perawat yang hendak menangani almarhum,” tutur paman korban, J yang ditemui di kediamannya, Senin (29/10/2018).

Ayah almarhum yang turut mendengar, hari itu juga (Kamis 25 Oktober 2018), langsung ke sekolah untuk bertemu guru dan kepala sekolah, kemudian dipertemukan dengan siswa yang diduga memukul anaknya.

Saat itu kedua teman sekolah almarhum mengakui perbuatannya, sehingga pihak sekolah menindaklanjuti dengan menyurati kedua orang tuanya untuk dipertemukan dengan orang tua almarhum pada 26 Oktober 2018.

“Besoknya itu ayah almarhum tidak sempat datang ke sekolah lagi karena kondisi almarhum kian kritis dan akhirnya bertepatan adzan salat jumat, anaknya meninggal dunia,” ungkapnya.

Di tempat berbeda, Kapolsek Katobu, IPTU Hamka, membenarkan kejadian tersebut, namun dirinya belum dapat menyimpulkan jika meninggalnya almarhum disebabkan menjadi korban bully teman sekolahnya.

Menurutnya untuk membuktikan harus dilakukan autopsi apakah almarhum memang meninggal secara wajar atau tidak. Sebab hasil riwayat medis menunjukan, almarhum sakit tipes dan alami usus bocor yang harus dioperasi.

“Saya belum lihat hasil medis seperti apa tapi saya mendengar gejala tipes. Sebenarnya orang tua almarhum bukan melaporkan tapi ini inisiatif saya setelah mendengar kejadian itu di media sosial makanya hari ini (29/10/2018) saya mengundang pihak sekolah, orang tua murid yang diduga memukul dan orang tua almarhum,” jelasnya kepada SultraKini.Com.

Dia menambahkan, jika kejadian ini diproses secara hukum berarti berbicara tentang sistem peradilan anak dimana yang dapat dipidanakan itu usia 12 tahun ke atas, sedangkan kedua pelaku baru berusia 10 tahun dan belum bisa dipastikan yang menyebabkan meninggalnya korban.

“Igauan korban itu dikarenakan panas tinggi. Jadi kesimpulan pertemuan hari ini, orang tua korban tidak keberatan hanya meminta bagaimana tanggung jawab sekolah agar anak-anak itu disampaikan untuk tidak terjadi lagi hal serupa,” pungkasnya.

Laporan: Arto Rasyid
Editor: Habiruddin Daeng

  • Bagikan