Dinkes Cegah Penderita Stunting Bertambah di Koltim

  • Bagikan
Sosialisasi lintas sektor dan lintas program dalam rangka penurunan stunting pada 2018 di Desa Pomburea, Kecamatan Lambandia. (Foto: Hasrianty/SULTRAKINI.COM)
Sosialisasi lintas sektor dan lintas program dalam rangka penurunan stunting pada 2018 di Desa Pomburea, Kecamatan Lambandia. (Foto: Hasrianty/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KOLAKA TIMUR – Stunting atau masalah gizi kronis disebabkan asupan gizi kurang dalam waktu lama, umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi anak menjadi masalah di sejumlah daerah di Indonesia. Tak terkecuali di Kabupaten Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara. Menurut Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Koltim, Surya Hutapea, status gizi di wilayahnya 21,5 persen pada 2016 dan meningkat menjadi 37,3 persen pada 2017.

Data Global Nutrition Report 2016 mencatat jumlah balita stunting sebanyak 36,4 persen dari seluruh balita di Indonesia. Stunting mencerminkan kekurangan gizi kronis selama periode paling awal pertumbuhan dan perkembangan anak. Umumnya bagi seorang anak yang mengalami kurang gizi kronis, proporsi tubuh akan tampak normal, namun kenyataannya lebih pendek dari tinggi badan normal untuk anak-anak seusianya.
(Aldokter.com)

“Khusus Koltim 2016 21,5 dan di tahun 2017 meningkat 37,3 persen,” kata Surya Hutapea, Selasa (28/8/2018).

Menekan bertambahnya penderita stunting di Koltim, Dinas Kesehatan setempat melakukan sosialisasi lintas sektor dan lintas program dalam rangka penurunan stunting pada 2018 di Desa Pomburea, Kecamatan Lambandia.

Dia menambahkan, pencegahan stunting juga diupayakan Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dengan pemanfaatan dana desa, pendekatan spesifik seperti memperbaiki gizi dan kesehatan ibu hamil.

“Stunting bukan perkara sepele, hasil riset bank dunia mengalami kerugian akibat stunting yang naik dijaminan kesehatan nasional. Ketika dewasa, penderita stunting rentan terkena penyakit tidak menular, seperti jantung, stroke, dan diabetes juga menghambat potensi transisi demografis Indonesia rasio penduduk tidak bekerja menurun, ancaman pengurangan tingkat intelegensi sebesar 5-11 poin. Stunting pun menjadi
ancaman masyarakat desa. Muda-mudahan dengan adanya sosialisasi ini kita dapat mencegah. Tolong bumil (ibu hamil) diperhatikan hal ini,” terang Surya Hutapea.

Laporan: Hasrianty
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan