Dispar Baubau Gandeng Konsultan Pariwisata Identifikasi Objek Wisata Tersembunyi

  • Bagikan

SULTRAKINI.COM: BAUBAU – Kota Baubau dengan potensi peninggalan sejarah rupanya mempunyai obyek wisata yang belum diketahui banyak orang. Puluhan gua berhasil dieksplor oleh tim Sulawesi Tourism Consulting.

Ketua tim dan fasilitator ekspedisi destinasi wisata baru untuk Kota Baubau, Dewi Rachma, menjelaskan Sulawesi Tourism Consulting bergerak di bidang konsultan pariwisata yang saat ini bermitra dengan Pemerintah Kota Baubau melalui Dinas Pariwisata sejak 2019. Dalam tim ini, semua punya divisi dan potensi masing-masing dalam bidang.

Dewi sendiri bekerja selama tujuh tahun sebagai konsultan pariwisata di Bali, kemudian memutuskan kembali ke Kota Baubau untuk mengabdi sebagai putri daerah pada 2005. Sementara kawan setimnya dari tenaga ahli kelas dunia yang berlisensi dan profesional.

“Saya menggunakan tenaga ahli kelas dunia, ada Robin Cuesta penyelam gua dunia dari Prancis, Jessy Krief penyelam gua dunia dari Amerika, dan Karisma Yudha memiliki lisensi master cave, susur gua kering dari Tuban, Jatim (Jawa Timur),” terangnya, Selasa (2/10/2020).

Di Kota Baubau, Dewi dan tim menemukan berbagai obyek wisata yang belum diketahui. Bahkan ia menemukan pantai yang dinamainya sendiri dengan The Hidden Beach yang artinya pantai tersembunyi.

Selain itu, puluhan gua dan aset-aset wisata baru milik Baubau dieksplor. Tipe gua yang ditemui terbagi menjadi dua, yaitu tipe gua basah (berair) yang biasanya lembab, dan punya sumber mata air atau gua yang terdapat genangan air diidentifikasi lebih dari sepuluh gua. Sementara gua kering ditemukan lebih dari 20 gua. Biasanya gua ini menampilkan stalaktit dan stalagmit dan menampilkan situs-situs peradaban.

“Masih banyak lagi yang belum dieksplor,” tambahnya.

Sekretaris Dinas Pariwisata Kota Baubau, Moh Abduh mengaku sejumlah potensi wisata di Kota Baubau yang baru diidentifikasi tim tersebut belum dapat disebut sebagai obyek wisata selama belum memenuhi 3 A, yakni aksesibitas, atraksi, dan aminitas.

Aksesbilitas, yaitu akses ke sana ada atau tidak. Kemudian atraksi, apa sih yang diperlihatkan dalam objek itu. Terakhir aminitas, faktor pendukung misalnya penyediaan fasilitas pelayanan sekitar lokasi wisata, entah itu kesehatan, fasilitas penyedia souvenir, listrik, dan air bersih.

“Kita sekarang sedang mengidentifikasi, begitu identifikasi selesai, fasilitas 3 A tadi harus kita penuhi,” jelasnya. (B)

Laporan: Aisyah Welina
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan