Doktor Politik UHO Bantah Teori Scott Mainwaring

  • Bagikan
Laode Harjudin (tengah) usai ujian promosi doktor ilmu politik di Universitas Indonesia, Selasa (9 Juli 2019).
Laode Harjudin (tengah) usai ujian promosi doktor ilmu politik di Universitas Indonesia, Selasa (9 Juli 2019).

SULTRAKINI.COM: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Halu Oleo (UHO) ketambahan lagi satu doktor, yakni Laode Harjudin meraih gelar doktor bidang ilmu politik di Universitas Indonesia, Selasa (9 Juli 2019).

Disertasi Laode Harjudin yang disampaikan dalam sidang promosi terbuka yang dipimpin Prof Dr Dedy Prayogo intinya membantah teori Scott Mainwaring yang berasumsi bahwa kombinasi sistem presidensialisme dan multipartai dalam suatu negara dapat mengakibatkan kelumpuhan pemerintahan, namun dalam studi yang dilakukan Harjuddin justru membuktikan sistem tersebut dapat berjalan.

“Asumsi Scott Mainwaring tersebut tidak terbukti sepenuhnya di Indonesia. Hasil studi ini menunjukkan bahwa kombinasi presidentialisme dan multipartai sejauh ini dapat berjalan di Indonesia dengan dukungan desain konstitusi yang dapat menghindari deadlock,” jelas Harjudin yang juga mantan komisioner KPU Sultra 2003-2008.

Menurut Harjudin, ada dua faktor yang memungkinkan pemerintah dapat mengatasi kebuntuan (deadlock) dalam hubungan eksekutif dan legislatif terdapat dalam meknisme kontisusi; pertama, keterlibatan presiden dalam membahas dan menyetujui rancangan undang-undang menjadi undang-undang bersama DPR.

Kedua, mekanisme saling bypassing antara presiden dan DPR dimana DPR dpat mem-bypass kekuasaan presiden dalam pengesahan rancangan undang-undang menjadi undang-undang (pasal 20 ayat 5 UUD 1945), sebaliknya presiden dapat mem-bypass DPR dalam persetujuan RAPBN menjadi APBN (pasal 23 ayat 3 UUD 1945).

Hasil studi Harjudin memberikan gambaran bahwa pemahaman sistem politik sudah mesti beranjak dari perdebatan panjang mengenai keuntungan dan kerugian sistem presidensial dan parlementer, yang kemudian menyimpulkan bahwa sistem presidensial kurang stabil dibandingkan dengan sistem parlementer.

“Lebih jauh lagi, idealnya harus mencari jalan keluar potensi ketidakstabilan sistem presidensial melalui proses desain konstitusi yang memungkinkan sistem politik dapat terus berjalan menghindari kebuntuan ataupun kejatuhan pemerintahan demokratis,” jelas Harjudin kepada SultraKini.com.

Tim pemguji disertasi tersebut adala Prof Dr. Maswadi Rauf, Dr. Julian Adrian Pasha, Prof. Dr. Syamsuddin Haris (penguji ahli dr LIPI).

Keberhasilan Laode Harjuddin meraih gelar doktor ikut menambah jumlah doktor di lingkungan FISIP UHO. Sebelumnya, 26 Juni 2019, dosen FISIP UHO, Aswan Zanynu juga menyelesaikan studi doktor bidang Ilmu Komunikasi di kampus UI.

Laporan: Shen Keanu

  • Bagikan