Dosen UHO Jadikan Tongkol Jagung Sumber Energi Alternatif Penghangat Anak Ayam

  • Bagikan
Foto bersama ketua kelompok PKMI UHO dengan pengusaha ayam boiler di Kelurahan Lalodati, Kecamatan Puuwatu, Kota Kendari, Minggu (13/10/2019) (Foto: Wa Rifin/SULTRAKINI.COM)
Foto bersama ketua kelompok PKMI UHO dengan pengusaha ayam boiler di Kelurahan Lalodati, Kecamatan Puuwatu, Kota Kendari, Minggu (13/10/2019) (Foto: Wa Rifin/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Melalui program kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Internal (PKMI) dosen Universitas Halu Oleo (UHO) manfaatkan tongkol jagung sebagai sumber energi alternatif untuk penghangat anak ayam yang diterapkan pada kelompok usaha peternakan ayam.

Ketua Kelompok PKMI UHO Bidang Usaha Peternakan Ayam, Lina Lestari, mengungkapkan program PKMI ini dilakukan melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UHO. Kali ini, kegiatan PKMI menyasar kelompok usaha peternakan ayam di Kelurahan Lalodati Kecamatan Puuwatu, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

“Jadi, dengan memanfaatkan limbah biomasa dari tongkol jagung, kita mengaplikasikan bahan bakar briket sebagai bahan alternatif untuk menghangatkan anak ayam,” ungkap Lina Lestari saat ditemui di Kelurahan Lalodati Kecamatan Puuwatu, Kota Kendari, Minggu (13/10/2019) .

Ia mengatakan, limbah jagung yang dihasilkan Kelurahan Lalodati sangat melimpah. Pasalnya, di Kelurahan Lalodati ini memiliki stok tongkol yang banyak. Dimana masyarakatnya juga telah menjadi warga binaan dinas pertanian Kota Kendari dalam mengembangkan tanaman jagung.

“Setiap tiga bulan, masyarakat Lalodati memanen hasil pertanian pada komoditas jagung. Produksi limbah jagung semakin tinggi dan sejauh ini limbah jagung belum dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai briket, padahal briket limbah jagung dapat digunakan sebagai alternatif bahan bakar ramah lingkungan,” ucapnya.

Dia menuturkan, adapun sasaran kegiatan ini yakni bagi peternak ayam boiler dan pedaging. Pihaknya berusaha untuk meningkatkan pendapatan peternak dengan cara mengurangi biaya operasional pada saat pemeliharaan.

“Bisa dilakukan dengan cara mengganti alat pemanas yang biasanya menggunakan gas elpiji menjadi briket arang dari bahan dasar tongkol jagung,” ujarnya.

Lanjutnya, untuk diketahui bahwa umur anak ayam setelah satu minggu di dalam kandang, maka akan membutuhkan penghangat. Dengan menggunakan gas, peternak ayam bisa menghabiskan sebanyak 40 tabung gas 3 kg.

“Kami menawarkan energi alternatif pengganti gas yaitu briket arang,” imbuhnya.

Melalui kegiatan pengabdian ini, pihaknya juga melatih kelompok usaha peternak ayam yang ada di Kelurahan Lalodati agar dapat menghasilkan briket dan meningkatkan  pendapatan kelompok usaha tersebut dengan modal yang realtif terjangkau.

“Metoda yang diaplikasikan berupa penyuluhan, pelatihan maupun transfer  tekhnologi pembuatan briket. Kemudian dilanjutkan dengan pembinaan yang dilakukan secara periodik melalui koordinasi dengan ketua kelompok,” paparnya.

Dijelaskan, untuk proses pembuatan briket ini sangat mudah, dimulai dari proses penjemuran tongkol jagung dengan tujuan untuk menghilangkan sebagian dari  kadar air. Setelah itu baru dilakukan karbonasi.

“Proses karbonasi adalah proses pembentukan arang pada tongkol jagung. Jadi, dalam proses karbonasi kita akan membuat arang sehingga kita aplikasikan briket arang sebagai bahan bakar pengganti gas elpiji,” cetusnya.

Dia menambahkan, energi alternatif ini sangat bermanfaat dan potesial sekali dalam meringankan kelompok usaha masyarakat Lalodati secara umum.

“Kami berharap Kelurahan Lalodati bisa menjadi masyarakat yang mandiri secara energi yaitu menciptakan bahan bakar pribadi,” tutupnya.

 

Laporan: Wa Rifin

Editor: Hasrul Tamrin

  • Bagikan