Festival Budaya Tua Buton, Perkuat Pesona Indonesia

  • Bagikan
Tari Lawati di Festival Budaya Tua Buton. (Foto: La Ode Ali/SULTRAKINI.COM)
Tari Lawati di Festival Budaya Tua Buton. (Foto: La Ode Ali/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: BUTON – Festival Budaya Tua Buton sukses memukau wisatawan lokal maupun mancanegara. Ragam budayanya yang sangat kental, menggambarkan histori kejayaan Kerajaan/Kesultanan Buton yang diakui eksistensinya sebagai salah satu kerajaaan/kesultanan yang demokratis dan kaya akan aneka ragam budaya.

Selama pelaksanaannya 23-26 Agustus 2018 di Alun-alun Pusat Perkantoran Bupati Buton di Takawa, Buton seolah kembali pada masa 1537 silam. Kebudayaan yang turun temurunkan diwariskan itu dieksplor kepada generasi Buton maupun pengunjung dengan konsep seni spektakuler.

Festival yang terselenggara sejak 2013 tersebtu, tak pernah bosan untuk disaksikan. Selain beragam budaya ditampilkan, nilai morilnya pun tak ketinggalan. Sebab wilayah Buton terdiri dari multi etnis sehingga di festival ini, semua masyarakatnya bersama-sama menampilkan yang terbaik sebagaimana temanya di tahun ini “Tradisi Buton Memperkuat Pesona Indonesia”.

Buton Expo
Pelaksanaan festival diperlengkap dengan keberadaan Buton Expo. Pameran satu ini sebagai sarana informasi dan promosi serta evaluasi pelaksanaan pembangunan yang dicapai dari kepemimpinan pemerintahan daerah setiap tahun.

Semua SKPD dan lembaga berpartisipasi memeriahkan festival dengan memamerkan keberhasilan dan potensi yang dimiliki wilayah penghasil aspal tersebut. Ini juga tak terlepas dari program pembangunan daerah yang telah dicapai Pemda melalui visi-misi dan RPJM kabupaten serta didukung sistem penganggaran pemerintah pusat/daerah.

Festival Pesona Tandaki

Festival Pesona Tandaki di Festival Budaya Tua Buton. (Foto: La Ode Ali/SULTRAKINI.COM)
Festival Pesona Tandaki di Festival Budaya Tua Buton. (Foto: La Ode Ali/SULTRAKINI.COM)

Dalam budaya Buton dikenal berbagai macam ritual yang berhubungan langsung dengan budaya dan kemasyarakatan. Misalnya, Tandaki atau tradisi prosesi sunatan bagi anak laki-laki.

Ritual Tandaki dikhususkan bagi anak laki-laki yang telah memasuki masa aqil balik yang menandakan anak tersebut berkewajiban melaksanakan segala kebaikan dan menghindari yang terlarang.

Bagi keluarga dengan ekonomi mapan, ritual Tandaki akan mengundang keluarga sampai kerabat jauh. Sedangkan yang tidak mampu, terselenggara secara sederhana yang disebut Manakoi yang mengartikan dihadiri anggota keluarga terdekat.

Untuk pakaiannya Tandaki, terdiri dari Tandaki (mahkota) yang dibentuk dan ditata dengan berbagai hiasan dan aneka rupa sehingga tampak sebagai lambang kebesaran pemakainya, keagungan, dan kedamaian yang dijunjung tinggi secara ikhlas. Ikat pinggang diukir dengan kalimat tauhid dan sebilah keris sebagai lambang keberanian.

Tari Potimbe

Tari Potimbe di Festival Budaya Tua Buton. (Foto: La Ode Ali/SULTRAKINI.COM)
Tari Potimbe di Festival Budaya Tua Buton. (Foto: La Ode Ali/SULTRAKINI.COM)

Tari Potimbe khas dengan gerakannya seperti berperang sebab tangan penari yang dilakukan siswa SMP itu lengkap dengan properti menyerupai pedang yang tajam atau golok untuk menambah kesan nyata.

Potimbe sendiri memiliki kesamaan dengan Ponare dalam hal properti yang digunakan dan makna yang terkandung dalam tarian ini. Perbedaannya hanya terletak pada gerakkan tariannya. Ponare dan Potimbe akan dimainkan dalam waktu yang bersamaan. Selain itu, Tari Potimbe juga mencerminkan masyarakat Buton siap sedia bela negara dan menghargai pahlawannya.

Tari Lawati
Ketika tamu kesultanan atau negara Buton datang, Tari Lawati yang umumnya dilakukan para gadis cantik hadir untuk menyambutnya sebagai bentuk keramahan masyarakat Buton terhadap masyarakat lainnya walaupun berbeda latar belakang. Para gadis selain menari juga menaburkan bunga kepada sang tamu.

Tari Kaleko

Tari Kaleko di Festival Budaya Tua Buton. (Foto: La Ode Ali/SULTRAKINI.COM)
Tari Kaleko di Festival Budaya Tua Buton. (Foto: La Ode Ali/SULTRAKINI.COM)

Terinspirasi dari permainan yang dilakoni para muda mudi masyarakat Lambusango, Kecamatan Kapontori. Permainan menggunakan batok atau tempurung kelapa yang isinya terdiri dari Po Boku yang mengetuk-ketukan dua buah batok kelapa yang menimbulkan bunyi dan irama alam yang menyenangkan. Tari ini mengungkapkan nilai kemenangan dan kebahagiaan yang diimpikan semua orang dengan mengedepankan pikiran dan tindakan kebenaran untuk mencapainya.

Meriahnya Festival Budaya Tua Buton juga menghadirkan tarian kolosal yang melibatkan lima ribuan pelajar Buton. Lomba lagu daerah, tari sampai bela diri tradisional terselenggara selama tiga hari tersebut. Ada pula lomba dayung perahu tradisional yang baru terselenggara tahun ini. Lomba dayung mencerminkan ketangguhan pelaut Buton dalam mengarungi samudera meski dengan peralatan sederhana. Di lomba ini peserta menggunakan perahu kecil terbuat dari kayu yang disebut Koli-koli. Serta lomba foto dan penulisan berita. (adv)

Laporan: La Ode Ali
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan