Festival Payung Indonesia 2016 Terasa Sampai Bukit Bintang

  • Bagikan

SULTRAKINI.COM: SOLO – Kali kedua, Kemenpar mensupport kegiatan Festival Payang Indonesia 2016 yang digelar di Solo, Jawa Tengah. Persisnya, 23-25 September 2016 nanti di Taman Balekambang yang punya nilai historis bagi warga Kota Bengawan itu. Taman seluas 9,8 Ha yang dibangun oleh KGPAA Mangkunegara VII untuk kedua putrinya, GRAy Partini dan GRAy Partinah tahun 1921. Ada kolam besar dan dua patung putri ini yang melambangkan kedua puteri raja itu.

”Festival ini adalah festival yang mempertemukan pelaku Industri kreatif kreasi payung, penggiat pelaku seni karnaval dan masyarakat untuk melestarikan seni kerajinan payung Indonesia. Terima kasih Kemenpar yang terus perduli dengan kegiatan di daerah yang berpotensi juga mendatangkan wisatawan,” ujar Ketua Panitia Kegiatan FPI 2016 Heru Mataya.

Menurut Heru, dalam acara tersebut nantinya akan ada pagelaran Pasar Payung yang akan menjadi central pelaksanaan. Dalam acara itu akan dilaksanakan Karnaval Payung, Solo Dance Festival, Pentas Tari Payung, Fashion Show Payung, Pameran dan Lomba Foto, Workshop dan Melukis Payung, Sarasehan dan Refleksi, Workshop World Culture Forum

”Ini karya seni yang indah dan sangat bisa mendatangkan wisatawan. Buktinya, even FPI tahun ini, selain akan dimeriahkan dengan berbagai kerajinan payung dari dalam negeri, panitia juga akan menampilkan kerajinan payung dari sejumlah negara Asia, seperti Kamboja, Thailand, Jepang, dan Tiongkok, ada kemungkinan akan bertambah lagi,” ujar Heru.

Perhelatan ini telak dilaksanakan untuk kedua kalinya. Pada tahun lalu digelar di tempat yang sama pada bulan yang sama juga di tahun 2015. Heru menjelaskan, berbagai persiapan pun tengah dilakukan panitia termasuk mendatangkan pengrajin dari berbagai kota. Panitia juga sudah mulai melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait penyelenggaraan FPI tahun ini, salah satunya melalui kegiatan pra-even yang dilangsungkan di kawasan CFD Solo, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu.

Sejumlah kerajinan payung akan ditampilkan, antara lain dari Juwiring dan Klaten. Uniknya, even kali ini panitia mencoba lebih mengeksplorasi sajian kerajinan, yakni dengan menampilkan batik yang ada di seluruh nusantara.” Adanya pra-even yang kami laksanakan agar masyarakat luas juga mengenal jenis payung tradisional yang ada di Indonesia. Kami berharap masyarakat tidak hanya melestarikan payung, namun juga mengembangkan payung untuk menjadi sebuah kesenian kreasi baru,” kata Heru.

Kemenpar memang terus progresif memperkenalkan destinasi pariwisata dengan berbagai skema. Terutama dalam hal menciptakan objek atraksi baru Bali and Beyond. Solo termasuk dalam skema Bali-Bali baru atau Joglosemar (Jogjakarta-Solo-Semarang). Asisten Deputi Pengembangan Segmen Pasar Personal Kementerian Pariwisata, Raseno Arya mengatakan bahwa wisatawan jangan terus selalu bertujuan ke Bali saja. Kata Raseno, Joglosemar atau Jogja-Solo-Semarang, juga masuk daerah yang di-branding dalam pemasaran pariwisata internasional oleh Kemenpar.

Itu karena, lanjut Raseno, ketiga daerah memiliki potensi di bidang budaya, belanja, dan kuliner, untuk mendongkrak kunjungan wisatawan mancanegara (wisman). ”Semoga wisatawan juga membuat paketnya ke Solo setelah mengetahui daerah kita yang lain dan berkembangnya festival kita di daerah termasuk FPI. Karena, salahsatu alasan turis mancanegara datang ke Indonesia adalah melihat wisata alam budaya dan karya manusia. Sesuai portofolio pasar pariwisata sektor wisata alam menyumbang 35% dan buatan manusia 5%,” ujar Raseno, menyebutkan portofolio bisnis pariwisata yang diyakini Menpar Arief Yahya itu.

Wisata budaya menyumbang pasar terbesar mencapai 60%. Wisata budaya masih terbagi menjadi warisan budaya dan sejarah sebesar 20%, belanja dan kuliner 45%, serta wisata kota dan desa sebesar 35%. Berdasarkan data tersebut, Kota Jogja, Solo, dan Semarang, layak masuk daftar daerah yang di-branding dalam pemasaran pariwisata internasional.

Untuk branding pemasaran di mancanegara, Kota Jogja, Solo, maupun Semarang bisa mengusulkan pilihan tematik keunggulan daerahnya masing-masing. Seperti keris, batik, serta beragam kekayaan budaya maupun kulinernya. Khusus Kota Jogja ditarget 100 ribu wisman atau naik 11,11% karena tahun sebelumnya sebesar 90 ribu orang, sedangkan Solo ditarget mampu mendatangkan 30 ribu wisman atau naik 100 % dibanding tahun sebelumnya yang hanya 15 ribu orang.

”Bandara Adisucipto dan Ahmad Yani yang masuk great Yogyakarta memiliki kontribusi besar sebagai pintu masuk utama wisman. Bisa dikunjungi setelah dari Bali atau sesudah dari Semarang dan Jogja,” kata Raseno.

Jogjakarta dan Semarang juga sudah memiliki 3A, yang dipopulerkan Menpar Arief Yahya dengan atraksi, akses, dan Amenitas. Hotel, resto, kafe, mal, convention center, exhibition termasuk dalam amenitas, yang memang harus disiapkan untuk semua level. “Jika ingin menggenjot wisman, maka akomodasi dan segala kelengkapannya harus disiapkan dengan baik juga,” ujarnya.

Raseno juga meminta aktifkan connection Joglosemar. Dimana masing-masing bandaranya sudah berstatus internasional.“Jadi kelak orang mau ke Joglosemar, bisa via Adi Sucipto Jogja, Adi Sumarmo Solo dan Ahmad Yani Semarang, lalu dikoneksi melalui overland, jalur darat, mari kita sukseskan semua potensi Pariwisata kita,” tandasnya.

Dekorasi payung selalu menghiasi desain banyak festival yang digelar Kementerian yang dipimpin Arief Yahya, mantan Dirut PT Telkom ini. Sejak Peringatan Konferensi Asia Afrika 2015, Festival Payung Solo 2015, Festival Kuliner Manado 2016, Hari Kartini 2016 Jakarta, semuanya menampilkan warna-warni payung. Bahkan di Bukit Bintang Street Festival, Kuala Lumpur Malaysia yang digelar 1-4 September ini, juga mendesain koridor mall dengan warna-warni payung. “Payung memang kreasi yang unik dan punya teste yang artistic,” sebut Rizki Handayani, Asdep Pengembangan Pemasaran Mancanegara Wilayah ASEAN di Kuala Lumpur. (*)

(Kemenpar RI)

  • Bagikan