Gaji Guru Honorer Lebih Rendah Dibanding Gaji Buruh Pabrik

  • Bagikan
Anco, S.Sos,.I.M.Pd (Mahasiswa Pascasarjana UNJ)

Oleh: Anco, S.Sos.I,M.Pd (Mahasiswa Pascasarjana UNJ)

SULTRAKINI.COM: Guru merupakan pahlawan tanpa tanda jasa. Ya, memang realitas saat ini guru honorer hanya dipandang sebagi profesi suka rela, padahal jika sebuah bangsa mau berkembang maka yang menjadi prioritas utama adalah peningkatan sumber daya manusia (SDM).

Cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah dengan membenahi sistem pendidikan bangsa Indonesia, tentunya selain tersedianya sarana prasarana dan kurikulum, peningkatan kualitas pendidik (guru) harus menjadi skala prioritas. Kita mencontoh di Negara Finlandia, profesi seorang guru merupakan profesi faforit di negara ini, profesi guru di negara finlandia sama menariknya dengan  profesi seorang dokter, pengacara dll.

Kemudian seleksi untuk menjadi guru di Negara Finlandia cukup selektif, hanya orang-orang pilihan yang bisa kuliah dijurusan keguruan, sebab guru mempunyai peran penting dalam rangka mencerdaskan generasi bangsa baik dari segi afektif, sikomotorik dan kognitif. Kemudian gaji atau intensif guru di Negara Finlandia jumlahnya cukup besar, tujuannya apa? Tentu agar guru konsen untuk melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendidik dan tidak melakukan pekerjaan sambilan yang bisa menganggu aktifitasnya sebagai seorang guru.

Tentunya apresiasi guru di Negara Finlandia ataupun Jepang kontraproduktif dengan apresiasi guru di bangsa Indonesia, guru di Indonesia hanya dipandang sebagai pahlawan tanpa tanda jasa dan identik dengan slogan iklas beramal. Banyak guru-guru yang mengeluh dengan insentif yang diberikan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sangat rendah, bahkan didaerah- daerah tunjangan guru honorer dibawah upah minimum yakni berjumlah kurang lebih Rp 300.000 perbulan, ini jumlah yang tidak manusiawi.

Seperti kisah yang dialami oleh Pak Bayu guru honorer asal Wonogiri gaji yang diterimanya dibawah upah minimum hanya sekitar Rp 300.000 perbulan. Sebanyak Rp 200.000 dari sekolah, ditambah honor dari pemerintah kabupaten sebesar Rp 100.000. Tentunya dengan gaji yang demikian tidak cukup untuk menghidupi keluarga, namum karena mengajar adalah pilihan hidup maka mau tidak mau harus menerima keadaan itu.

Untuk menambah pendapatan, Pak Bayu membuka usaha warung makan kaki lima penyetan, dia menggadaikan motor menggadaikan motornya  untuk membuka warung  peyetan di Wonogiri Kabupaten Kidul. Dari penghasilan warung makannya di pinggir jalan, Bayu mendapat penghasilan bersih Rp 50.000 sehari. Tidak besar, tetapi cukup untuk menambah pendapatan keluarga. Pengahasilan dari warung makan jauh lebih besar dibandingkan dengan gaji guru honorer. Kisah yang dialami oleh Pak Bayu merupakan gambaran dari kisah memilukan dari ribuan Guru honorer di Indonesia.

Seharusnya gaji guru honerer harus sesui dengan upah minimum propinsi (UMP) perwilayah masing- masing, misalnya saja upah minimum DKI Jakarta  pada tahun 2018 yakni Rp 3.648.000. Menurut penulis guru honorer seharusnya berhak mendapatkan gaji sesuai dengan UMP tersebut. tentunya tidak hanya berlaku DKI Jakarta tapi berlaku diseluruh Provinsi, seharusnya gaji guru honorer tidak boleh rendah dari UMP.

Tapi nyatanya gaji guru honorer di Negara kita masih sangat memprihatinkan. Masalah gaji guru honorer harus direspon oleh pemerintah sebab Sekolah tidak akan mampu beroperasi jika tidak dibantu dengan guru honorer, terlebih distribusi guru yang tidak seimbang menyebabkan sekolah banyak tenaga pengajar. Penulis menilai gaji guru guru honerer lebih rendah dibanding gaji buruh pabrik.

Berdasarkan keputusan kementrian ketenagakerjaan (kemenaker) menetapkan kenaikan UMP tahun 2018 sebesar 8,25%. Penetapan ini dituangkan pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 78 Tahun 2015 tentang pengupahan. Besaran gaji buruh pabrik sekitar Rp 2.000.000, jumlah gaji buruh pabrik ini jauh lebih tinggi disbanding gaji guru honerer.

Tak ayal, banyak orang menyebut bahwa profesi guru merupakan pekerjaan yang mulia. Namun, rupanya kesejahteraan seorang guru terkadang seolah kurang diperhatikan oleh Pemerintah, terutama para guru honorer.  Padahal Dalam dunia pendidikan guru menjadi sosok yang paling penting untuk membangun karakter seorang anak. Perannya di dunia pendidikan dapat menentukan bagaimana masa depan seorang anak dengan segala pengetahuan yang diberikan. Sayangnya, kesejahteraan yang didapat para guru honorer tidak sebanding dengan performanya. Padahal tuntutannya sama, mereka layak mendapatkan kesejahtraan yang lebih baik.

Penulis menilai guru honorer pada umumnya dituntut untuk memiliki performa yang sama dengan guru PNS. Misalnya saja guru honorer dituntut untuk datang ke sekolah tepat waktu. Para guru honorer mendapatkan gaji setelah bantuan dana bos keluar. Kalau tidak keluar ya berarti tidak dapat gaji, gaji guru  honorer sekitaran Rp 300 ribuan. Dari sisi kesejahteraan harus seimbang dengan performanya, jadi kompetensinya pun harus diperhatikan, setidaknya guru honorer tidk hanya mendapatkan bantuan operasional sekolah saja tapi dari hal lain juga seperti tunjangan.

Penulis berharap bahwa pemerintah harus memperhatikan kesejahteraan guru honorer. GURU HONORER BERHAK MENDAPATKAN HAKNYA YANG LAYAK.

  • Bagikan