Geliat FPIK UHO Budidayakan Bandeng Organik di Bombana

  • Bagikan
Geliat FPIK UHO Mengembangkan Budidaya Bandeng Organik di Desa Pasari Apua Kecamatan Lantari Jaya Kabupaten Bombana (Foto: Agus Kurnia)
Geliat FPIK UHO Mengembangkan Budidaya Bandeng Organik di Desa Pasari Apua Kecamatan Lantari Jaya Kabupaten Bombana (Foto: Agus Kurnia)

SULTRAKINI.COM: Masyarakat dunia yang memilih hidup sehat sekarang lebih memilih bahan pangan yang berasal dan identik dengan istilah “organik”. Ada sayur organik, beras organik, dan bandeng organik.

“Ikan bandeng organik akan lebih menjamin kesehatan karena bebas dari paparan bahan kimia dan pestisida, selain harga jualnya yang tinggi di pasaran ekspor ikan dunia. Tak hanya sehat, daging ikan bandeng organik ternyata lebih gurih, lebih empuk dan rendah kolesterol (lemak) cocok dikonsumsi semua kalangan dan khususnya penderita penyakit kolesterol,” Ketua Tim Pengabdian Masyarakat FPIK UHO, Dr. H. Agus Kurnia, S.Pi.,M.Si di hadapan nelayan pembudidaya ikan bandeng Desa Pasari Apua Kecamatan Lantari Jaya, Kabupaten Bombana dalam rilisnya diterima SultraKini.Com, Selasa (13/11/2018).

Dalam pemeliharaannya, ikan bandeng organik bebas dari penggunanaan pupuk kimia dan semua pupuknya hanya menggunakan pupuk alami berupa jerami, pupuk kandang, potongan pelepah pisang, dedak halus, dan larutan penumbuh bakteri EM4.

Dedaunan hijau bersama jerami dan batang pisang plus kotoran hewan (kotoran sapi, kambing, kotoran ayam) difermentasi selama seminggu minimal untuk dijadikan kompos.

Pupuk kompos ditebar ke permukaan tanah tambak bandeng dan biarkan selama seminggu. Setelah seminggu, pupuk tadi menjadi media tumbuhnya cacing dan mikroba yang akan menjadi pakan alami bandeng atau udang. Setelah itu dapat ditebar ribuan ekor bibit bandeng dan mereka akan menyantap pakan alami tersebut sampai siap dipanen setelah tiga bulan pemeliharaan.

“Ikan bandeng yang dihasilkan dari pupuk organik akan tumbuh lebih cepat dan tingkat kematiannya jauh lebih rendah dibanding ikan yang diternak dengan pakan kimia,” Seorang Tim Pengabdian di desa setempat, Dr. Wellem H.Muskita.

Harga ikan bandeng organik lebih mahal dibanding ikan dengan pemakaian pupuk alami. Menurut Irdam Riyani, salah seorang anggota tim mengatakan, bahwa harga ikan bandeng organik di tingkat petani Rp 15000/kg sedangkan ikan bandeng biasa paling tinggi Rp 10000/kg. Perbedaan harga 5000 rupiah ini sangat menguntungkan bagi petani budidaya dari segi bisnis perikanan.

Kegiatan ini mendapat sambutan hangat dari masyarakat utamanya bapak Abdul Mutholib, kepala desa Pasari Apua. Menurutnya, kegiatan ini sangat positif bagi warganya karena selama ini hasil dari budidaya bandeng di wilayahnya masih rendah dan informasi tentang budidaya bandeng organik belum banyak diketahui manfaatnya oleh warga pembudidaya bandeng.

Hal senada diungkapkan oleh H. Hambali, ketua kelompok nelayan pembudidaya bandeng. Menurutnya, kegiatan begini sangat positif karena selama ini mereka memelihara ikan bandeng, selalu memberikan pupuk kimia saat mengolah tanah dan pakan yang diberikan pelet. Akibatnya tanah dasar tambaknya keras dan tidak gembur lagi.
Harga pakan yang terus meningkat, akibatnya mereka terkadang tidak mampu untuk membelinya. Sebaliknya budidaya bandeng organik, selain tanah dasar semakin lama semakin gembur dan subur juga tidak perlu pakan selama pemeliharaanya sehingga dapat menekan biaya produksi budidaya.

Harapannya dan juga harapan warga desa ini semoga mereka dapat menerapkan dan mengaplikasikan teknik budidaya bandeng organik yang sudah diajarkan sehingga produksi bandeng yang selama ini masih rendah dapat meningkat dan hasil penjualannya juga lebih tinggi sehingga kesejahteraan nelayan pembudidaya bandeng terus meningkat dan juga keselamatan lingkungan dan generasi sehat makan ikan organik tercipta.

  • Bagikan