Genjot Produksi Padi, Puluhan Petani di Kolaka Ikut Sekolah

  • Bagikan

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Puluhan petani Desa Wawo Tombili, Kecamatan Samaturu, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra), dibekali pengetahuan tentang penanaman dan produksi padi sawah melalui sekolah lapangan pertanian.

Sekolah lapang ini berlangsung selama 1 musim tanam yang dibina oleh penyuluh pertanian setempat. Pada pembinaan itu, para petani akan diberikan pengetahuan terkait pengolahan tanah, penanaman, anjuran pemakaian pupuk berimbang, pengendalian hama terpadu panen, dan pasca panen.

Salah satu pegawai Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Popalayah, mengatakan kegiatan Sekolah Lapang merupakan salah satu program dari Kementerian Pertanian guna mendukung upaya peningkatan khusus (UPSUS) PAJALE.

“Melalui sekolah lapangan juga diharapkan para petani belajar non formal untuk meningkat pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali potensi, menyusun rencana usaha, identifikasi dan mengatasi permasalahan, mengambil keputusan, dan menerapkan teknologi sesuai dengan sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga usaha tani lebih efisien, berproduktivitas tinggi, dan berkelanjutan,” kata Popalayah.

Sekolah Lapangan penanaman padi di Desa Wawo Tombili, Kecamatan Samaturu, Kabupaten Kolaka, Sultra. (Foto: Wayan Sukanta/SULTRAKINI.COM)
Sekolah Lapangan penanaman padi di Desa Wawo Tombili, Kecamatan Samaturu, Kabupaten Kolaka, Sultra. (Foto: Wayan Sukanta/SULTRAKINI.COM)

Menurutnya, kegiatan Sekolah Lapang tersebut dipandang sebagai salah satu metode proses belajar mengajar yang cukup efektif. Karena sangat cocok sebagai metode pembelajaran bagi orang dewasa (Andragogi) karena sifatnya yang tidak formal. Proses belajar dilakukan di lapangan dimana tersedia obyek nyata berupa tanaman padi yang dijadikan materi pelajaran.

“Setelah kegiatan SL diharapkan pada musim 2 tanam berikutnya petani dapat bekerja dengan baik yang sesuai anjuran pemerintah sehingga produksi tanaman padi yang biasanya 3,5-4 ton/ha bisa mencapai 7-8 ton/ha,” terang Popalayah.

Laporan: Wayan Sukanta
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan