Ghouta Menangis, Umat Butuh Perisai

  • Bagikan
Devita Nanda Fitriani, S.Pd (Penulis)

SULTRAKINI.COM: Umat Islam kembali berduka. Bagaimana tidak, pembantaian demi pembantaian terhadap kaum muslim terus berlanjut. Belum lekang dari ingatan besarnya korban tragedi pembantaian Umat Islam di Myanmar dan Palestina, kini Ghouta pun menyusul menjadi salah satu “Neraka” bagi Umat Muslim di Suriah.

Seruan dari berbagai pihak untuk menghentikan aksi genosida di Ghouta Timur yang dilakukan oleh rezim Suriah rupanya tidak membuat Presiden Bashar Assad bergeming. Bahkan, dibantu dengan Rusia, serangan semakin dimasifkan tanpa memandang usia.

Dalam sepekan, berturut-turut pesawat tempur rezim Assad dan Rusia masih terus melancarkan serangan di daerah kantong pejuang oposisi.

Sabtu (24/2/2018) adalah hari ketujuh rezim Assad yang didukung sekutu setianya menggempur warga sipil di wilayah terkepung di pinggiran kota Damaskus tersebut. Mereka mengklaim jika serangan itu hanya menargetkan militan, meskipun realitasnya yang jadi sasaran adalah warga sipil.

Mereka juga mengatakan, jika telah berusaha untuk menghentikan serangan dan menuduh pihak oposisi di Ghouta menjadikan warga sipil sebagai tameng, kendati serangan intens dan brutal terus mereka lakukan. Setidaknya, sejak Februari hingga awal Maret kini telah berjatuhan sekitar 500 korban dari pihak Muslim, termasuk anak-anak.

“Kita berada di tengah-tengah pembantaian abad 21. Jika pembantaian 1990an berada di Srebrenica dan pembantaian 1980an berada di Halabja, Sabra, dan Shatila, maka Ghouta Timur menjadi pembantaian abad ini,” kata seorang dokter di Ghouta Timur. (www.matamatapolitik.com, 21/2/2018).

Kondisi Ghouta yang terkepung oleh pertempuran telah membuat akses pangan dan obat-obatan ke kota kecil tersebut terblokir. Penduduk setempat hidup dalam teror dan ketakutan. Sekitar 400.000 orang terjebak dan memilih berlindung di gua-gua dan ruang bawah tanah. Kondisi perang semakin diperparah, lantaran hujan es juga melanda Ghouta Timur, (www.pikiranrakyat.com, 22/2/2018).

Tragedi Ghouta, Dunia Kembali “Bungkam”?
Sebelumnya, berbagai tragedi lain telah terjadi dan menimbulkan korban yang tak sedikit jumlahnya. Sebut saja, tragedi yang terjadi di Myanmar, Palestina, Xinjiang (Cina), Kashmir (India), juga menelan korban yang tak sedikit. Berbagai seruan atas nama Hak Asasi Manusia tak sedikit pun meluluhkan hati para pembantai. Anehnya, tak ada tindakan nyata untuk menghentikan mereka, padahal korban terus berjatuhan, termasuk anak-anak. Tak terkecuali di Ghouta.

Dunia memang memberikan respon berupa seruan untuk menghentikan serangan. Bahkan kecaman serta kutukan. Tapi, apakah hal tersebut cukup? Sementara pada realitasnya hal itu tidaklah berhasil menghentikan serangan brutal dan intens terhadap warga sipil. Dunia kembali “Bungkam”, karena tak mampu menghentikan serangan fisik untuk mencegah jatuhnya korban.

Tak berbeda dengan pemimpin-pemimpin di negeri kaum Muslim saat ini. Padahal nyata jelas jika yang terbunuh adalah seorang Muslim, maka itu adalah peristiwa yang jauh lebih dahsyat dibandingkan dengan kehancuran dunia ini. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang mengatakan bahwa Kehancuran dunia ini lebih ringan di sisi Allah dibandingkan dengan pembunuhan seorang Muslim (HR. At–Tirmidzi dan An–Nasa’i).

Umat Butuh Perisai!!!
Sosok yang digambarkan Rasulullah saw dalam sabdanya: Imam (Khalifah) itu laksana perisai; kaum muslim diperangi (oleh kaum kafir) dibelakang dia dan dilindungi oleh dirinya (HR Muslim). Kita tentu masih mengingat bagaimana perlindungan yang diberikan oleh Khalifah Al-Mu’tashim Billah saat seorang raja Romawi dari kota Amuriyah menawan serta menyiksa seorang muslimah. Kala berita itu disampaikan, beliau bersegera menuju kota Amuriyah, untuk berperang serta membebaskan tawanan muslimah tersebut. Tentu, saat ini umat sangat membutuhkan sosok perisai seperti itu, yang melindungi umat dari kejamnya kaum kafir. Namun, perlu diketahui jika seorang pemimpin sekaliber Khalifah Al-Mu’tashim Billah tidak akan pernah dihasilkan dari sistem yang memisahkan agama dari kehidupan. Tapi hanya akan ada dalam sistem yang akan menerapkan peraturan Islam kaffah, yakni Khilafah Islamiyyah.

Oleh karena itu, Khilafah menjadi sebuah kebutuhan yang sangat mendesak saat ini. Dan, sudah semestinya setiap individu yang mengaku berakidah Islam wajib untuk turut berjuang menegakkannya kembali, Allahu Akbar!!!

 

Oleh: Devita Nanda Fitriani, S.Pd (Penulis)

  • Bagikan