Gua Lingkobori Terpopuler Ketiga Sebagai Situs Bersejarah, Ayo Dukung Terus!

  • Bagikan
Dalam Gua Liangkobori. (Foto: renjanatuju.com)
Dalam Gua Liangkobori. (Foto: renjanatuju.com)

SULTRAKINI.COM: MUNA – Gua Liangkobori tentu tak asing lagi di telinga kita, apalagi di kalangan masyarakat Muna. Situs purbakala ini memang berada di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Dalam ajang bergengsi Anugerah Pesona Indonesia atau API 2018, Gua Liangkobori menempati urutan ketiga sebagai situs bersejarah terpopuler. Posisi sementara itu meraih 21 persen dukungan melalui vote Short Message Service (SMS) yang dibuka sejak 1-30 Juni 2018. Berakhirnya pemungutan suara nanti pada 31 Oktober mendatang.

Untuk menjadikan Gua Liangkobori terpoputer, pendukung cukup mengetik API 10D kirim ke 99386.

“Alhamdulillah, penyampaian dukungan itu sudah saya sampaikan. Kemudian kebijakan pemerintah mengimbau kepada seluruh masyarakat Muna dimanapun berada untuk mengirimkan sms dukungannya, agar Liangkobori bisa menjadi salah satu ikon wisata Indonesia,” kata Bupati Muna, LM. Rusman Emba kepada SultraKini.Com, Jumat (13/7/2018).

Gua Lingkobori sebelumnya sudah masuk kalender nasional Kementerian Pariwisata RI, dikemas dalam Festival Liangkobori. Rencananya kegiatan ini menjadi agenda tahunan.

Begitu berharganya objek pariwisata ini, Pemerintah Kabupaten Muna terus melakukan penataan kawasan tersebut. Mulai sarana prasarana, misalnya vila guna menunjang daya tarik wisatawan lokal sampai mancanegara.

“Banyak item kegiatan yang dilakukan dalam rangka penataan kawasan Liangkobori itu sendiri, termasuk terakhir kita ada rencana untuk melaksanakan even panjat tebing yang akan diikuti beberapa negara, tapi saat ini sementara disosialisasikan,” ucap Rusman.

Gua Liangkobori dikenal karena adanya ornamen-ornamen berupa lukisan pada dinding gua. Lukisan tersebut, salah satu bagian peninggalan para manusia purba kala itu. Sehingga wajar saja, tempat ini juga dijadikan penelitian kepurbakalaan.

Informasi dihimpun dari berbagai sumber menyebutkan, gua terletak sekitar 10 kilometer dari pusat Kota Raha melalui jalan poros Raha-Mabolu, atau di perbatasan antara Desa Bolo dan Desa Masalili di Kecamatan Lohia.

Nama gua dalam bahasa Indonesia, artinya gua bertulis. Ini nampak dari goresan 130an berbagai lukisan berwarna merah pada dinding gua yang nyata dan terjaga keasliannya hingga kini.

Lukisan itu menggambarkan cara hidup masyarakat suku Muna pada masa itu. Misalnya, cara bercocok tanam, beternak, berburu, beradaptasi dengan lingkungan, dan berperang untuk mempertahankan diri dari musuh. Terlukis pula seseorang sedang menaiki seekor gajah, gambar matahari, gambar pohon kelapa, binatang ternak, seperti sapi, kuda, dan gambar layang-layang yang merupakan salah satu media ritual warga setempat.

Terdapat pula formasi gelologi, seperti stalaktit dan stalakmit hasil pengerasan material alam sejak ratusan tahun.

Laporan: Arto Rasyid
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan