Henau Wowine Menandakan Gadis Wakatobi Beranjak Dewasa

  • Bagikan
Bupati Wakatobi, Arhawi membawakan sambutannya di tengah-tengah peserta karia pada Festival Barata Kaledupa yang berlangsung di lapangan Sandi, kecamatan Kaledupa Selatan. (Foto: Amran Mustar Ode/SULT

SULTRAKINI.COM: WAKATOBI – Henau Wowine atau peserta Karia adalah tradisi adat Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Tradisi bagi perempuan ini, terlaksana ketika mereka beranjak dari remaja menuju masa kedewasaan. Para perempuan akan dimandikan dengan ramuan khusus, sebelum dilarang keluar rumah atau dikurung minimal delapan hari bahkan 40 hari lamanya.

Kesakralan tradisi Karia pun menjadi sambutan meriah di Festival Barata Kaledupa, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara yang terlaksana mulai 16-18 September 2017. Peserta Karia sebanyak ribuan orang dikumpulkan dari sepuluh desa di Kecamatan Kaledupa, Kabupaten Wakatobi.

Menurut Ketua Panitia Kecamatan di Festival Barata Kaledupa, Jiumu, prosesi karia membutuhkan orang tertentu untuk menanganinya. Salah satunya menyediakan air mandi sebagai salah satu syarat karia. Bahkan setelah dimandikan, para gadis tidak diperbolehkan menginjak tanah sedikitpun.

“Usai dimandikan pun mereka belum diperbolehkan untuk menginjak tanah. Setelah dimandikan, para gadis ini akan dipikul menggunakan kansodaa ke pusat acara (lapangan),” terang Jiumu, Minggu (17/9/2017).

Setelah tiba di di pusat acaralah, para gadis boleh menginjakkan kaki ke tanah setelah dioleskan kuning oleh orang tua yang telah ditunjuk.

Dikatakan Bupati Wakaktobi, Arhawi, tradisi karia perlu dijaga kekhasannya. Sebab, dari situlah nilai budaya sangat tinggi maknanya. “Mundah-udahan ini terus berjalan sesuai dengan marwahnya sejak zaman dulu,” kata Arhawi.

(Baca juga: Festival Barata Kaledupa Tak Nampak Wisatawan Mancanegara)

Laporan: Amran Mustar Ode

  • Bagikan