Hugua: Sultra Mendunia, Masalah Lokal Terselesaikan

  • Bagikan
Hugua (kiri) saat ngopi bareng Ketua DPRD Sultra H. Abdurrahman Saleh, Ketua PSSI Sultra Sabaruddin Labamba, artis Zul Zhivilia, serta aktivis pemuda Sultra. (Foto: Gugus Suryaman/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Provinsi Sulawesi Tenggara menghasilkan berbagai produk yang mendunia dari berbagai sektor. Bahan mentah hingga produk olahan berskala dunia telah dikonsumsi berbagai negara.

Di sektor pertanian misalnya, Jahe, Kedelai, Beras, sampai pada Kelapa Sawit, telah dikirim ke berbagai belahan dunia. Begitu pula bahan tambang yang telah dikirim mentahnya ke negara lain, termasuk produk perikanan dan kelautan seperti Ikan Tuna dan Kerapu yang dikirim ke luar negeri. Pariwisata pun sangat diminati wisatawan mancanegara.

“Maka kita harus tarik juga segala sumber daya tadi itu, kembali ke negeri ini dalam bentuk uang. Itu logika sederhananya,” jelas Calon Wakil Gubernur Sultra nomor urut 2, Ir. Hugua, Rabu (7/6/2018) malam.

Untuk mewujudkan itu, maka pemimpin Sultra ke depan harus berpikir global untuk mengembalikan nilai sumber daya setara dengan yang diproduksi negeri. Jika hanya taraf lokalan, pemimpin tersebut hanya akan berpikir menguras daerahnya sendiri.

“Kalau hanya pikirannya dari Tolala di Kolaka Utara sampai dengan Jaya Makmur di Binongko sana, itu harusnya selevel kepala desa atau camat. Karena dia itu betul-betul seorang pamong yang hanya mengerjakan apa yang ada, tapi tidak bisa mendatangkan rejeki lebih besar kepada negeri,” ujar Hugua yang pernah menjabat Bupati Wakatobi dua periode.

Mengerjakan infrastruktur jalan, memberi bantuan pupuk pada petani, melakukan bedah rumah, memberi bantuan modal, dan sebagainya, merupakan tindakan lokal yang memang wajib bagi setiap pemimpin daerah. Namun sebagai gubernur, kata Hugua, harus melakukan lebih dari itu, dengan berpikir global tapi bertindak lokal.

Dia memberi contoh, jika gubernur membawa Sekjen PBB ke Sultra, maka ia akan melihat secara nyata kondisi sumber produk yang dia makan selama ini seperti Pala, Minyak, Beras, Ikan, dan lainnya. Implikasinya, Sultra menjadi sorotan dunia. Maka dipastikan aspek kerjasama bisnis akan berjalan. Mereka akan datang ke Sultra mencari sesuatu dan menjalin partner bisnis.

Selanjutnya, aspek pariwisata terjadi lompatan, hubungan antar pemerintah akan terjalin baik, sehingga bantuan-bantuan hibah maupun bilateral melalui kerjasama pembangunan akan diarahkan ke Sultra.

“Kalau mereka tidak datang ke sini, mereka tidak tahu. Kalau hanya dengar nama suatu negeri tapi tidak pernah datang, bagaimana membangun kerjasama,” kata Hugua yang juga Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sultra.

Karena itu, produk lokal yang dikonsumsi masyarakat dunia harus kembali ke daerah dalam bentuk dana kerjasama, agar sama-sama kaya. Kuncinya, pemimpin harus yang punya wawasan jauh, tidak hanya urusan dalam daerah, tetapi secara nasional dan internasional.

“Kenapa kita miskin, karena dunia hanya ambil kita punya, yang untuk kita tidak pernah kasih kembali itu keuntungan, karena pemimpinnya tidak mampu menggerakkan itu,” ucap mantan konsultan Japan Internasional Cooperation Agency (JICA) ini.

Masalah lokal akan terselesaikan jika dunia terlibat, karena uang beredar lintas negara. Masalah kemiskinan, minat jual beli, adalah masalah lokal penduduk yang harus diselesaikan secara lokal dan global. Produk lokal harus terjual lintas negara pula, tidak cukup hanya berputar di daerah.

Untuk membuat masyarakat Sultra sejahtera, maka perlu mendatangkan orang-orang mampu dan berduit, karena kedatangannya menambah duit. Sementara jika para pencari kerja yang datang, uang dari sultra hanya akan dibawa pergi.

“Kalau investor datang bikin lapangan kerja, orang Sultra dipekerjakan, ada lapangan kerja baru. Kalau tidak ada investor, tidak ada lapangan kerja tercipta. Mendatangkan orang berduit itu tergantung pada kapasitas pemimpinnya. Suatu daerah tidak bisa maju, bukan karena sumber daya alam, tapi sumber daya pemimpinnya. Pemimpin itu harus cerdas,” katanya.

Hugua sudah membuktikannya di Kabupaten Wakatobi saat menjabat bupati dua periode. Daerah kepulauan terluar Sultra itu mampu diangkatnya dari tertinggal menjadi top destinasi Indonesia. Mata dunia pun tertuju pada kawasan yg mendapat julukan Surga Bawah Laut tersebut. Ekonomi bergeliat, infrastruktur terbangun, dan berbagai masalah lokal di sana pun menjadi perhatian nasional bahkan internasional dengan berbagai programnya.

Editor: Gugus Suryaman

  • Bagikan