Hujan Juga Picu Likuefaksi, Berikut Penjelasannya

  • Bagikan
Hujan Juga Picu Likuefaksi, Berikut Penjelasannya (Foto:ioriza.wordpress.com)
Hujan Juga Picu Likuefaksi, Berikut Penjelasannya (Foto:ioriza.wordpress.com)

SULTRAKINI.COM: Fenomena pencairan tanah atau likuefaksi umumnya terjadi saat gempa bumi. Ketika musim hujan, likuefaksi bisa terjadi, tepatnya banjir bandang, seperti di Provinsi Sulawesi Tengah.

Likuefaksi merupakan fenomena alamiah yang terjadi karena adanya aktivitas kegempaan. Menurut pakar Likuefaksi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Adrin Tohari, kondisi tersebut diakibatkan tanah jenuh karena hujan.

“Ketika hujan lebat air tanah naik mengisi pori-pori, kemudian kekuatan tanah menjadi hilang. Aliran air butuh lereng yang curam agar bisa mengalir, yang nantinya berubah menjadi lumpur. Contohnya, likuefaksi di Petobo beberapa waktu lalu,” jelas dia, dalam diskusi di Kahmi Center, Jakarta, Rabu, 14 November 2018.

Untuk mencegah likuefaksi di musim hujan, yang harus dilakukan adalah membangun struktur yang bisa menahan agar aliran air tidak mengalir ke pemukiman, salah satunya lewat Sabo Dam.

“Sabo Dam berbentuk bendungan sebagai penahanan di lereng-lereng. Kalau mencegah supaya tidak terjadi karena sudah hukum alam. Kita bisa lakukan untuk mengurangi dampaknya. Bisa pula reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul agar tanah tidak jenuh saat terjadi hujan lebat,” ujarnya.

Adrian juga mendorong masyarakat menjaga pohon agar tetap rimbun karena berfungsinya menahan air hujan supaya tidak seluruhnya masuk ke dalam tanah. Masyarakat harus mencegah penebangan hutan yang berlebihan.

Likuefaksi diakibatkan gempa bumi bisa dihindari. Masyarakat mempelajari peta wilayah yang menyediakan kondisi geologi dan hidrologi. Dengan membuat bangunan tahan likuefaksi bisa menggunakan fondasi matras dan bahan yang fleksibel.

Sumber:Viva co.id

Laporan:Wa Ode Rahmah Maulidya Wuna

  • Bagikan