Imbas Covid-19, BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi 2020 Menurun Hingga 1,9 Persen

  • Bagikan

SULTRAKINI.COM: Pertumbuhan ekonomi nasional diprakirakan menurun pada triwulan II pada 2020, meskipun perkembangan terkini menunjukkan tekanan mulai berkurang. Seperti halnya ekspor menurun sejalan dengan kontraksi perekonomian global, sementara konsumsi rumah tangga dan investasi menurun sejalan dampak kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang mengurangi akitivitas ekonomi.

Kepala Departemen Komunikasi BI, Onny Widjanarko, mengatakan perkembangan pada Mei 2020 mengindikasikan tekanan terhadap perekonomian domestik mulai berkurang. Kontraksi ekspor terlihat tidak sedalam prakiraan sebelumnya sejalan peningkatan permintaan dari Tiongkok.

“Beberapa indikator dini permintaan domestik juga mengindikasikan perekonomian berada di level terendah dan mulai memasuki tahapan pemulihan, seperti tercermin dari penjualan semen, penjualan ritel, PMI, dan ekspektasi konsumen yang lebih baik dari capaian bulan sebelumnya,” kata Onny dalam keterangan resminya, Kamis (18/6/2020).

Bank Indonesia memprakirakan proses pemulihan ekonomi mulai menguat pada triwulan III 2020 sejalan relaksasi PSBB sejak pertengahan Juni 2020, serta stimulus kebijakan yang ditempuh.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan menurun pada kisaran 0,9 persen-1,9 persen pada 2020 dan kembali meningkat pada kisaran 5,0 persen-6,0 persen pada 2021 didorong dampak perbaikan ekonomi global dan stimulus kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia.

“Bank Indonesia terus memperkuat sinergi dengan pemerintah dan otoritas terkait, agar berbagai kebijakan yang ditempuh dapat semakin efektif dalam mendorong pemulihan ekonomi selama dan pasca-Covid-19,” ujarnya.

Sementara ketahanan sektor eksternal ekonomi Indonesia triwulan II pada 2020 tetap baik. Defisit transaksi berjalan diprakirakan rendah didukung prospek perbaikan neraca perdagangan akibat penurunan impor sejalan permintaan domestik yang lemah dan berkurangnya kebutuhan input produksi untuk kegiatan ekspor.

“Data Mei 2020 menunjukkan neraca perdagangan mencatat surplus US$2,09 miliar, membaik dari kondisi bulan April yang mengalami defisit US$372,1 juta,” ucapnya.

Selain itu, aliran masuk modal asing juga kembali berlanjut dipengaruhi meredanya ketidakpastian pasar keuangan global, serta tetap tingginya daya tarik aset keuangan domestik dan tetap baiknya prospek perekonomian Indonesia. Aliran modal asing dalam bentuk investasi portofolio pada triwulan II 2020 hingga 15 Juni 2020 tercatat net inflows sebesar US$7,3 miliar.

Posisi cadangan devisa pada akhir Mei 2020 meningkat menjadi US$130,5 miliar, setara pembiayaan 8,3 bulan impor atau 8,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

Ke depan terdapat kecenderungan defisit transaksi berjalan akan lebih rendah, dan terdapat kemungkinan akan berada di sekitar 1,5 persen PDB pada 2020, jauh di bawah prakiraan semula 2,5 persen-3,0 persen PDB. Demikian pula defisit transaksi berjalan pada 2021 diprakirakan akan berada di bawah 2,5 persen-3,0 persen PDB. (C)

Laporan: Wa Rifin
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan