Inflasi Sultra Hanya 2,27 Persen, Terendah se Indonesia Timur

  • Bagikan
Rapat Koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) yang diselenggarakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sultra. (Foto: Taufik Qurahman/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Kinerja Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sulawesi Tenggara selama tahun 2015, cukup positif. Hal ini terbukti dari catatan laju inflasi di Sultra tahun 2015 cenderung menurun.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) pada tahun 2014, inflasi tercatat sebesar 8,45 persen. Tingginya angka inflasi ini dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi akibat penerapan UU minerba.

Namun pada tahun 2015, catatan angka inflasi di Sultra menurun signifikan pada angka 2,27 persen.

Dipaparkan Deputi Bidang Ekonomi Moneter BI perwakilan Sultra, Harisudin pada Rapat Koordinasi (Rakor) TPID Se Sultra, penurunan inflasi ini dipengaruhi oleh menurunnya sejumlah harga komoditas kebutuhan pokok.

“Adapun komoditas yang menyumbang terhadap penurunan angka inflasi tahunan yakni cabai, BBM subsidi, ikan segar dan sandang,” paparnya, Senin (1/2/2016).

Harisudin juga menjelaskan, pada tahun 2015, penurunan harga sejumlah kebutuhan yang cukup tajam terjadi pada triwulan IV.

Untuk kelompok bahan makanan, atau volatile food, tekanan inflasi pada kelompok ini bersumber dari penurunan inflasi untuk komoditas cabai dan ikan segar.

Sedangkan untuk komoditas administered prices atau komoditas yang harganya ditentukan pemerintah seperti BBM, penurunan inflasi bersumber dari penurunan harga BBM bersubsidi.

“Seperti diketahui bahwa selama tahun 2015, harga BBM turun sebanyak dua kali, yakni Januari serta bulan Oktober,” tambah Harisudin.

Sedangkan untuk kelompok sandang, penurunan inflasi dipengaruhi oleh adanya promo serta diskon di akhir tahun di beberapa pusat perbelanjaan sehingga berpengaruh pada penurunan harga pakaian.

Sementara itu, diungkapkan Kepala Perwakilan BI Sultra Dian Nugraha dalam sambutannya pada Rakor TPID tersebut, kegiatan pengendalian inflasi di tahun 2015 telah berjalan sesuai jalur.

“Kami menilai kerja tim TPID harus dipertahankan, mengingat dengan capaian ini menjadikan Sultra menjadi daerah urutan terendah pertama di Indonesia Timur,” ungkapnya.

Editor: Gugus Suryaman

  • Bagikan