Inilah Puna TW-747-III, Pesawat Nirawak Karya Dosen Perikanan UHO

  • Bagikan
Penerbangan Perdana pesawat nirawak Puna di Expo Prodi UHO 2016. Foto: Sarini Ido / SULTRAKINI.COM

SULTRAKINI.COM: KENDARI –  Kiprah Universitas Halu Oleo dalam perkembangan teknologi aeromodeling berbentuk peswat nirawak nampaknya juga tidak kalah dengan prestasi yang dicatatkan sejumlah kampus ternama di indonesia untuk program yang sama.

Sebab, untuk pengembangan teknologi aeromodeling tersebut, UHO memiliki Puna TW-747-III. Sebuah pesawat nirawak mini yang mampu mendeteksi keberadaan ikan di lautan. Uniknya, Pesawat buatan Paduartama Tandipuang yang merupakan Dosen di Jurusan Perikanan UHO ini terbuat dari barang bekas.

Untuk pertamakalinya pesawat ini melakukan uji terbang resmi di penyelenggaraan Expo Program Studi Universitas Halu Oleo 2016.

Diungkapkan, Paduartama ide awal pembuatan pesawat ini berasal hobinya dibidang aeromidelling. Seiring waktu, keinginannya memadukan hobi dan pekerjaan sebagai Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UHO pun membuatnya mengeksplorasi ide tersebut.

Lalu ide inipun dikembangkan bersama rekan dosen lainnya, La Nadi bersama 10 mahasiswa lainnya di awal tahun 2016. “Empat tahun lalu berawal dari hobi aeromodelling. Kemudian buat penelitian di awal 2016,” katanya, Rabu (12/10/2016).

Menariknya, Ide pesawat ini akhirnya dikembangkan untuk mempelopori minimnya teknologi pendeteksian lokasi keberadaan ikan dan tempat penangkapan strategis untuk para nelayan. 

Pesawat Puna dalam fungsinya, terancang untuk mendeteksi permukaan laut melalui dua sistem kerja, yaitu First Person View (FPV) yang berfungsi menampilkan sudut pandang kamera dan sistem auto pilot.

Keunggulan Puna di udara, yakni dapat menjangkau kecepatan tinggi maksimum 80 Kpi dengan tembakan sensor dari ketinggian maksimum 5 ribu feet dan durasi terbang sekitar tiga jam.

Untuk penerbangan perdananya di Expo tersebut, Panduartama menyebutkan konstruksi peawat buatannya itu masih menggunakan bahan bekas. Seperti kabus ikan sebagai body pesawat, kawat jemuran sabagai tulang sayap, tripleks dan plastik jilid sebagai kaca pesawat.

“Awalnya mau pakai sandal juga sebagai roda. Tapi di ganti dengan roda kecil,” ujarnya sambil tertawa.

Dalam uji coba ini, Dosen muda sempat merasa ragu dengan kemampuan terbang Puna. Sebab dua kali percobaan penerbangan sebelumnya selalu gagal.

Namun di ajang Expo UHO dengan disaksikan Rektor UHO Usman Rianse, Direktorat Jenderal Kemahasiswaan Kemenristekdikti Didin Wahidin dan sejumlah tamu undangan lainnya penerbangan resmi Puna untuk pertamakalinya berjalan lancar.

Kedepannya kata Dia, model pesawat akan dikembangkan dengan rancangan ‘fly wings’, penambahan peralatan sensor pada sistem auto pilot dan sistem pendaratan darurat dengan cara pendaratan di jaring ikan.

“Kita masih kembangkan. Targetnya bisa digunakan untuk membantu nelayan mengetahui lokasi laut yang banyak ikannya,” jelasnya usai penerbangan Perdana Puna TW-747-III.

Bersamaan dengan diluncurkannya Puna TW-747-III, turut dikembangkan juga karya terbaru untuk jenis kapal nirawak bernama Kina yang rencananya berkolaborasi dengan pesawat Puna dalam tujuan yang sama mendeteksi keberadaan ikan di perairan Sultra.

  • Bagikan