Internet Hadir, Minat Baca Berubah

  • Bagikan
Siswi tengah bermain ponsel di Perpustakaan. (foto: Jumadil Muslimin UHA/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM : KENDARI – Minat membaca di masyarakat Sulawesi Tenggara (Sultra) rupanya mulai berubah. Dari awalnya sebagai pembaca buku konvensional ke pembaca buku digital melalui media internet.

 

Perubahan ini diakibatkan berkembangnya teknologi informasi berbasis internet, yang menyajikan kemudahan akses infomasi, termasuk bagi pembaca untuk mendapatkan buku digital.

 

Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Kendari, Ali Koua, mengakui hal tersebut. Ditemui SULTRAKINI di kantornya, Ia menuturkan dengan kehadiran internet, membuat perpustakaan di sekolah semakin sepi.

 

\”Karna dengan adanya internet, anak-anak (sekolah) lebih mudah mendapatkan informasi,\” ujar Ali Koua.

 

Namun, Ia juga menyayangkan turunnya minat membaca para siswa di perpustakaan. Pasalnya, tidak ada filter untuk siswa ketika mengakses internet, sehingga rentang terhadap informasi yang kurang baik. Meski demikian, Ia berharap agar dinas pendidikan dapat mendukung upaya menumbuhkan minat membaca di perpustakaan bagi siswa.

 

Tapi sayangnya, saat disinggung terkait Hari Buku Sedunia yang jatuh pada hari ini, Sabtu (23/04/2016). Pihak sekolah tidak memanfaatkan momen tersebut. Diungkapkan Ali Koua, tidak ada instruksi dari Dinas pendidikan untuk merayakan hari buku sedunia tersebut.

 

\”Instruksi dari dinas pendidikan tidak ada,\” tambahnya.

 

Terkait perubahan minat baca ini, hal tersebut juga dibenarkan Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sultra, La Ongke. Meskipun rentan informasi negatif, namun sejauh ini, kehadiran internet cukup memberikan dampak positif. Selain adanya buku bacaan, internet juga bisa dijadikan referensi.

 

\”Internet juga merupakan perpustakaan, karna undang-undang perpustakaan juga itu disebutkan harus berbasis IT. Selain itu, internet juga merupakan IT untuk menyebarkan perpustakaan, bukan hanya perpustakaan, termaksuk arsip daerah yang juga harus berbasis IT.\” papar La Ongke.

 

Selain itu, kata La Ongke, internet menjadi fasilitas penunjang bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi secara praktis.

 

Namun demikian, berbeda dengan pendapat Ali Koua, Menurut La Ongke, meskipun akes informasi dari internt cukup mudah, namun tidak berpengaruh terhadap minat baca buku di perustakaan. \”Karena tidak semua karangan uku dimuat di internet,\” jelas La Ongke.

 

Selain itu, untuk menumbuhkan minat baca masyarakat, pihaknya telah mengajukan rancangan undang-undang wajib baca ke Dewan Perwakilan Daerah (DPD) diawal tahun 2016. Menurutnya, aturan ini perlu, karena, selain dapat meningkatkan minat baca, juga memberikan penekanan pada masyarakat dalam mengedukasikan diri lewat membaca.

 

\”Mereka (DPD) setuju, dan akan diajukan ke DPR RI,\” ungkapnya.

 

La Ongke juga menjelaskan, undang-undang ini bukan untuk memberikan sanksi bagi yang tidak membaca buku, tetapi agar budaya membaca dapat diakomodir dalam suatu aturan, bahwa masyarakat Indonesia harus membaca.

 

Ia juga memaparkan, dari hasil penelitian dari lembaga suvey, negara Indonesia memiliki tingkat pembaca yang sangat rendah. Jika dibandingkan antara pembaca dengan yang tidak, perbandingan mencapai 1:1000.

 

Seperti halnya di sekolah, saat dikonfrmasi terkat hari buku Sedunia, Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sultra, juga tidak merayakan hal tersebut. Diungkapkan La Ongke, hal ini karena tengah pihaknya fokus dengan perayaan HUT Sultra di Kolaka.

 

\”Karna hampir seluruh pegawai dan staf sedang melakukan persiapan untuk perayaan HUT Sultra di Kolaka, jadi sekalian saja kita pamerkan buku di sana, termaksud arsip daerah,\” ujarnya.

 

Namun, La Ongke juga mengungkapkan, di instansi yang dipimpinnya itu, memang tidak ada sama sekali perayaan khusus untuk Hari Buku Sedunia, termasuk juga untuk Hari Perpustakaan. Sebab, perayaan ini, tidak masuk kedalam agenda kerjanya.

  • Bagikan