Islam Radikal?

  • Bagikan
Susiyanti, SE (Staf Perpustakaan Daerah Kabupaten Konawe).Foto:ist

Belum lama ini masyarakat dihebohkan dengan kasus telah menyebarnya paham radikalisme di 100  masjid di Indonesia. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Ketua Dewan Pengawas P3M, Agus Muhammad menyampaikan “survei dilakukan di 100 masjid kementerian, lembaga negara, dan BUMN pada saat salat Jumat. Indikasi radikalisme itu ditemukan dari materi khotbah salat Jumat yang disampaikan para khatib. (liputan6.com, 08/07/2018).

Lantas apakah yang dimaksud dengan radikalisme?

Pengertian Radikalisme

Istilah radikalisme, awalnya berasal dari bahasa Latin radix, radices, yang artinya akar (roots). Sedangkan Kamus Webster memaknai radikal sebagai hal yang mendasar, mengakar, menuju atau dari akar. Perubahan yang radikal, misalnya, adalah perubahan yang mendasar, sangat besar, sehingga mencapai situasi baru yang berbeda sama sekali dari sebelumnya.

Sayang, kini istilah radikal menjadi kata-kata politik yang multitafsir, bias, dan sering digunakan sebagai alat penyesatan atau stigma negatif lawan politik. Seperti penggunaan istilah “Islam radikal” yang sering dikaitkan dengan terorisme, penggunaan kekerasan untuk mencapai tujuan, skriptualis (hanya merujuk pada teks) dalam menafsirkan agama, menolak pluralitas (keberagamaan) dan julukan-julukan yang dimaksudkan untuk memberikan kesan buruk.

Radikalisme Dikaitkan Dengan Dalil-dalil al-Quran dan as-Sunnah

Pemahaman yang dangkal yang dibalut dengan frame sekularisme Barat yang telah menstigma Islam sebagai enemy melahirkan tuduhan terhadap firman Allah SWT yang mulia. Ayat-ayat al-Quran dan al-Hadis yang menyerukan perintah jihad fi sabilillah dianggap sebagai seruan radikalisme.

Kemuliaan jihad dan pujian bagi para syuhada dianggap sebagai glorifying violence (mengagungkan kekerasan). Mereka pun menuduh bahwa bibit radikalisme justru ada dari inti ajaran Islam itu sendiri.

 

Siapakah Di Balik Itu Semua?

Tindakan radikalisme atas nama teroris yang mereka sematkan kepada siapa saja baik itu organisasi atau individu sekalipun yang bergerak bertujuan untuk mengembalikan kembali Institusi Islam, terjadi dengan alur atau tahapan-tahapan yang teratur. Oleh karena itu, kejadian-kejadian itu tidak bisa hanya dipandang sebagai masalah lokal masing-masing negara. Dengan berpikir sedikit, sangat mudah bagi orang untuk melihat bahwa aksi teroris dan isu perang melawan teroris merupakan skenario global, tidak terkecuali Indonesia. Di antaranya bisa dilihat dari beberapa hal: 1. Laporan yang dilansir oleh National Intellegence Council (NIC), tentang Mapping the Global Future (Pemetaan Masa Depan Dunia), salah satunya munculnya Khilafah baru pada tahun 2020, yang juga memprediksi Indonesia sebagai salah satu bagian dari kekhilafahan baru tersebut. 2. Rekayasa runtuhnya gedung WTC di New York AS, al-qaidah sebagai kambing hitam. 3. Serangan AS ke Afghanistan dan Irak. 4. Di Indonesia, serangan atas  Misteri Jama’ah Islamiyah, Bom Bali I, ditangkapnya Abu Bakan Ba’asyir dan tertangkapnya Dr. Azahari. Serta tejadinya teror bom di Surabaya dan lain-lain.

Padahal, Islam adalah agama yang unik yang berbeda dengan agama-agama samawi lainnya, yakni Islam adalah agama samawi terakhir. Allah SWT telah menjamin pemeliharaan Islam sebagaimana ia diturunkan sampai Hari Kiamat nanti. Allah SWT berfirman dalam al-Quran surat Al Hijr ayat 9 yang artinya, “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur`an, dan sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya.”

Selain itu, Islam adalah suatu ideologi yang menyeluruh dan sempurna, yang didasarkan pada aqidah yang dibangun atas dasar akal, yang darinya lahir peraturan hidup yang menyeluruh untuk mengatasi segala problem kehidupan manusia sampai Hari Kiamat. Tidak ada kesan bahwa Islam itu lemah dalam memberikan keterangan hukum syara’ untuk problem apa pun yang akan dihadapi manusia. Sebab Allah SWT berfirman dalam al-Quran surat An Nahl ayat 89 yang artinya, “Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur`an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu.”

Dengan demikian, predikat radikalisme yang diberikan Amerika, Eropa, melalui penguasa negeri-negeri kaum muslimin kepada gerakan-gerakan Islam, tak lain adalah untuk memerangi kembalinya Islam dalam kehidupan. Ini memang masalah yang strategis, bahkan sangat vital bagi Barat. Karenanya mereka sangat berambisi untuk mempertahankan Dunia Ketiga khususnya negeri-negeri Islam sebagai dunia yang terbelakang. Tujuannya adalah untuk menghalang-halangi kembalinya Institusi Islam yang akan menghilangkan sistem kehidupan mereka hingga ke akar-akarnya.

Semua itu tidak lain adalah upaya untuk memandulkan, memerangi, menghabisi, mematikan setiap usaha perjuangan untuk mengembalikan kejayaan Islam dan kaum Muslim. Maka dari itu setiap orang yang mendukung rencana-rencana tersebut secara sadar atau tidak sudah menjadi antek-antek barat dalam memerangi Islam dan kaum Muslim. Wallah ‘alam bi ash-shawab.

Oleh : Susiyanti, SE

(Staf Perpustakaan Daerah Kabupaten Konawe)

  • Bagikan