Januari 2020, Neraca Perdagangan Indonesia Defisit 0,86 Miliar Dolar AS

  • Bagikan
Ilustrasi.

SULTRAKINI.COM: Neraca perdagangan Indonesia Januari 2020 mencatat defisit 0,86 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 864 juta, meningkat dibandingkan dengan defisit pada bulan sebelumnya sebesar 0,06 miliar dolar AS.

Perkembangan ini terutama dipengaruhi oleh menurunnya surplus neraca perdagangan nonmigas akibat kenaikkan impor barang konsumsi dan barang modal untuk kegiatan produktif, di tengah kinerja ekspor nonmigas yang belum kuat sejalan dengan kondisi global yang belum kuat.

Sedangkan defisit neraca perdagangan migas meningkat didorong oleh menurunnya ekspor migas, meskipun impor migas juga lebih rendah dari bulan sebelumnya.

Direktur Eksekutif Bank Indonesia, Onny Widjanarko, mengatakan neraca perdagangan nonmigas pada Januari 2020 tercatat surplus 0,32 miliar dolar AS, menurun dibandingkan dengan surplus pada bulan sebelumnya sebesar 0,94 miliar dolar AS.

“Perkembangan ini dipengaruhi oleh kenaikkan impor nonmigas, yakni impor barang konsumsi dan barang modal seperti kendaraan dan bagiannya,” jelas Onnydalam keterangan tertulisnya, Rabu (19/2/2020).

Di sisi lain perdagangan nonmigas didorong kinerja ekspornya yang belum kuat, terutama akibat menurunnya ekspor komoditas lemak dan minyak hewan/nabati serta komoditas bijih, kerak, dan abu logam yang menurun, sedangkan ekspor komoditas logam mulia, perhiasan/permata serta besi dan baja meningkat sejalan dengan permintaan global yang masih kuat.

“Sedangkan defisit neraca perdagangan migas pada Januari 2020 meningkat menjadi 1,18 miliar dolar AS, dari defisit 1,00 miliar dolar AS pada bulan sebelumnya,” tambah Onny.

Peningkatan defisit tersebut, terutama akibat kinerja ekspor migas yang menurun sejalan dengan menurunnya ekspor minyak mentah dan gas, meskipun impor migas juga menurun baik dalam bentuk hasil minyak dan gas.

Onny menambahkan, Bank Indonesia memandang neraca perdagangan Januari 2020 mengindikasikan permintaan domestik yang tetap baik.

“Peningkatan impor barang konsumsi menggambarkan daya beli yang tetap terjaga, sementara peningkatan impor barang modal mencerminkan keyakinan pelaku ekonomi terhadap prospek perekonomian Indonesia yang tetap positif,” ucapnya.

Bank Indonesia ke depannya akan memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal, termasuk prospek kinerja neraca perdagangan.

Laporan: Wa Rifin
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan