Kawasan Industri Menggeliat, Puluhan Triliun Uang Asing Masuk ke Konawe

  • Bagikan
Aktivitas pembangunan smelter PT VDNI di kawasan industri Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe, Sultra. (Foto: Mas Jaya/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KONAWE – Pembangunan di sektor pertambangan di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara semakin menggeliat. Kawasan industri di Kecamatan Morosi, setidaknya telah menarik insvestasi asing hingga puluhan triliun dan berpeluang menyerap belasan ribu tenaga kerja, Selasa (15/8/2017).

Bupati Konawe, Kery Saiful Konggoasa (KSK) mengungkapkan kawasan industri Morosi merupakan salah satu dari pembangunan 14 kawasan industri nasional yang berada di luar Pulau Jawa. Oleh pemerintah pusat kata Kery, program tersebut ditarget dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 1.024.339 orang.

“Khusus Konawe, untuk program kawasan industri ini kita menarget bisa menyerap hingga 18.200 tenaga kerja. Saat ini sudah mulai terlihat,” jelasnya.

Mantan Ketua DPRD Konawe itu menambahkan, masuknya program kawasan industri di Konawe bukan pekerjaan mudah. Tetapi, diperlukan upaya dan lobi intens dengan pemegang kebijakan di pusat. Selain itu, sikap Pemda Konawe yang terbuka terhadap para investor juga menjadi kunci utamanya.

“Kita terbuka kepada para investor yang masuk membangun smelter, seperti PT VDNI (Virtue Dragon Nickel Industri). Persyaratannya kita mudahkan tanpa menabrak aturan yang ada. Kita kasi mereka kenyamanan. Makanya mereka tertarik untuk berinvestasi di Konawe,” terangnya.

Hal senada juga diungkapkan Ketua DPRD Konawe, Gusli Topan Sabara. Dia menilai, total investasi dari PT VDNI di kawasan industri senilai Rp 55 triliun. Investasi sebanyak itu kata dia, dianggarkan investor untuk membangun industri pengolahan bahan baku feronikel.

“Bayangkan, dana sebesar itu kalau kita mau pakai hitung-hitungan APBD kita untuk membuat kawasan industri, butuh berpuluh-puluh tahun lamanya. Makanya kita patut mengapreasi upaya dari Pemda yang telah berhasil menarik investor luar,” jelasnya.

Masuknya program kawasan industri, juga membuat pemerintah pusat menaruh perhatian khusus terhadap Konawe. Salah satu perhatian itu diimplementasikan dengan penggelontoran dana senilai Rp 8 triliun untuk mendukung program infrastruktur di Konawe. Saat ini kata dia, program tersebut mulai terlaksana dan akan direalisasikan secara bertahap.

“Dana yang Rp 8 triliun ini akan dipakai memperbaiki insfratruktur pendukung di kawasan industri. Salah satu contohnya, perbaikan ruas jalan dari arah Kendari menuju kawasan industri yang pembangunannya akan dimulai 2018 mendatang. Daerah-daerah sekitar kawasan pun akan merasakan dampak dari program tersebut,” terangnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pusat Terpadu Satu Pintu (PM-PTSP) Konawe, Burhan mengungkapkan luas kawasan industri Morosi yang telah direstrui pemerintah pusat, yakni seluas 5.500 hektar. PT VDNI yang saat ini tengah beroperasi, bakal mengelola kawasan tersebut seluas 2.200 hektar. Sementara kawasan seluas 3.300 lainnya, akan dikelola oleh perusahaan daerah (Perusda) Konawe.

Saat ini lanjut Burhan, sudah ada satu lagi perusahaan raksasa yang akan berinvestasi di kawasan industri Morosi. Perusahaan itu bernama, PT Obsidian Stainless Steel yang besarnya setara dengan PT VDNI. OSS sendiri, bergerak pada pengolahan Stainless yang merupakan bahan baku turunan dari feronikel.

“Jadi bahan baku feronikel yang dihasilkan di VDNI akan opor ke OSS untuk diolah jadi bahan Stainless. Nanti kita tunggu respon investor lainnya lagi untuk masuk dan mendirikan perusahaan turunan lainnya. Misalnya pabrik pengolahan panci dan lain sebagainya, yang merupakan turunan dari bahan baku Stainless. Jadi ini akan berkesinambungan nantinya,” jelas Burhan. (ADV)

Laporan: Mas Jaya

  • Bagikan