Kekayaan Budaya dan Sejarah Baubau Didorong jadi Kota Kreatif Dunia

  • Bagikan
Pemkot, Baubau Creative Forum, dan Indonesia Creative Cities Network (ICCN) akan Bersama Mendorong Kekayaan Budaya dan Sejarah Baubau Menjadi Kota Kreatif Dunia (Foto : Istimewa)
Pemkot, Baubau Creative Forum, dan Indonesia Creative Cities Network (ICCN) akan Bersama Mendorong Kekayaan Budaya dan Sejarah Baubau Menjadi Kota Kreatif Dunia (Foto : Istimewa)

SULTRAKINI.COM – Pemerintah Kota Baubau, Baubau Creative Forum tengah berupaya mendorong kekayaan budaya dan sejarah Baubau bisa menjadi Kota Kreatif Dunia, dengan menggandeng Indonesia Creatif Cities Network (ICCN).

Kota Kreatif terdengar sangat ideal sebagai tempat tinggal. Saat ini, nyatanya sudah mulai banyak terwujud di Indonesia. Salah satu bentuknya ditandai oleh adanya festival sebagai perayaan atas keunggulan dan ekspresi kreatif lokal, serta menjadi cerminan kualitas capaian ekonomi kreatif daerah.

Untuk itu, Wali Kota Baubau A. S. Tamrin, Jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD), serta Baubau Creative Forum, mengadakan pertemuan dengan Ketua Umum Indonesia Creative Cities Network (ICCN) Fiki Satari untuk bersepakat dalam kolaborasi mewujudkan Baubau menjadi Kota Kreatif Level Dunia, pada tanggal 27 Agustus 2019 kemarin.

Wali Kota A. S. Tamrin pun berkomitmen penuh agar Kota Baubau bisa sampai bergabung dalam UNESCO Creative Cities Network (UCCN) atau jaringan Kota Kreatif UNESCO.

“Perkembangan sektor kreatif ini sangat kami dukung dan cocok untuk Baubau. Apalagi disambungkan dengan sektor pariwisata. Harus berkolaborasi dengan komunitas. Kami juga memiliki benteng terbesar di dunia dengan banyak potensi lainnya,” ungkap A. S. Tamrin, beberapa waktu lalu.

Kata A.S Tamrin, ICCN melihat potensi besar Kota Baubau memiliki narasi yang kuat dari kekayaan budaya dan sejarahnya. Kota Baubau merupakan kota terbesar di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara, tempat di mana masih berdiri tegak Benteng Keraton, yang dikenal sebagai “benteng terluas di dunia”.

“Benteng Keraton ini terdiri dari beragam lawana atau gerbang yang masing-masing memiliki nama, yaitu; Lawana Waborobo, Kampebuni, Wandailolo, Lanto, Rakia, Gundu-Gundu, Lantongau, Melai, Burukene, Bariya, dan Kalau. Di luar Benteng Keraton pun terbentang pesona keindahan bahari dengan pantai-pantai dan perbukitan yang memikat hati,” katanya.

Ketua Umum Indonesia Creative Cities Network (ICCN) Fiki Satari, mengatakan narasi yang dikembangkan dari kekayaan budaya dan sejarah kota ini dapat menjadi kunci untuk merepresentasikan diferensiasi kreativitas Kota Baubau, tidak hanya di level nasional tapi juga internasional. Terlebih sudah ada keinginan kuat dari komunitasnya untuk mewujudkan ekspresi kreatif masyarakat Kota Baubau, dibuktikan dengan festival komunitas yang akan segera diselenggarakan.

“Nilai-nilai kerja sama festival Kota Baubau dengan ICCN ini dapat terus berjalan beriringan dalam koridor jejaring Kota Kreatif. Berbagai konten kreatif dari 16 sub-sektor dan 4 elemen dasarnya dapat disuntikkan ke dalam usaha mikro di seluruh Indonesia sesuai dengan potensi spesifik masing-masing. Membuktikan adanya penciptaan nilai baru melalui ekonomi kreatif semudah memperhatikan pengalaman keseharian kita.” kata Fiki Satari yang juga adalah

Pengusaha kreatif serta dosen Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran (UNPAD), memaparkan ketika seluruh stakeholders bidang ekonomi kreatif Kota Baubau dan ICCN memperoleh keleluasaan dan kelancaran dalam mewujudkan festival serta program kreativitas lokal lainnya, tentu secara bertahap akan tercapai kemajuan Kota Baubau sebagai Kota Kreatif.

“Bahkan bukan tidak mungkin hingga mencapai level dunia, dan tergabung dalam jaringan Kota Kreatif UNESCO,” tuturnya.

 

Laporan: Hasrul Tamrin

  • Bagikan