Kendari Terbanyak AIDS, Butuh Solusi Tuntas!

  • Bagikan
Wd Deli Ana (Praktisi PAUD).Foto:ist

Sebab hidup ini adalah ibadah kepada Allah, maka tugas kehambaan kita adalah mengemudi hati menuju-Nya (Ust. Salim Akhukum Fillah).

Meski pepatah berkata, apalah arti sebuah nama,  toh masih banyak yang percaya sebaliknya.   Bahwa nama memuat doa dan harapan bagi pemiliknya. Tak terkecuali kota Kendari yang berjuluk Kota Bertakwa.   Tentu wajar bila sebagian besar warga menaruh asa,  takwa jadi atmosfer kota ini.  Perilaku yang shalih dan luhur menjelma dari ketaatan pada Sang Pencipta. Sayang disayang faktanya justru membuat kita tercengang.  Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, Kota Kendari terbanyak penderita penyakit Human Immunodeficiency Virus AIDS. Sebanyak 257 kasus tersebar di Kota Kendari dari total 861 kasus HIV se-Sultra pada 2017. Hal ini pun dibenarkan Kepala Dinas Kesehatan Kota Kendari, Rahminingrum.   Pada kesempatan yang sama, beliau menegaskan,  “Memang untuk Sultra, Kota Kendari termasuk paling banyak di antara kabupaten lain. Tapi tidak sampai pada angka 500 lebih, itu data yang tidak valid. Sebenarnya penderita HIV dari tahun 2004 sampai 2018 berdasarkan akumulasi itu berkisar 360 orang”  (sultrakini.com).

Miris bukan?   Sebab sudah menjadi rahasia umum penyakit HIV/AIDS akrab dengan perilaku ‘esek-esek’ bebas.  Perbuatan haram yang nyata-nyata  melanggar kaidah agama. Benar saja,  terungkap penderitanya merupakan usia produktif 20 tahun ke atas yang disebabkan oleh perilaku seksual yang tidak aman atau melakukan gonta-ganti pasangan (seks bebas) terhadap lawan jenis maupun sesama jenis. (sultrakini.com).  Lantas apakah kita akan membiarkan hal ini?  Apalagi Kendari ternyata tak sendiri.   Hingga Juni 2017, P2PL (Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan) Kemenkes RI mencatat jumlah pengidap HIV banyak berkumpul di provinsi besar Indonesia.  Teratas adalah provinsi DKI Jakarta dengan 48.502 orang, disusul oleh Jawa Timur 35.168 orang, Papua 27.052 orang, Jawa Barat 26.066 orang, Jawa Tengah 19,272 orang, serta Bali 15.873 orang. (kompas.com).   Belum terhitung kota-kota lainnya. Sebab menurut data 2016, jumlah penderita HIV 620 ribu orang dengan tren pertumbuhan yang terus meningkat. (jawapos.com).  Masya Allah.  Kita butuh penanggulangan yang tuntas dan segera.   Sebelum makin parah hingga merusak generasi masa depan bangsa ini termasuk Kendari di dalamnya.

AIDS,  bukan sekedar penyakit!

Mengutip dari wikipedia.org,  AIDS  digolongkan sebagai penyakit sejenis infeksi ditandai dengan rusaknya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan virus HIV.  (Human Immunodeficiency Virus).

Berbeda dengan infeksi lainnya,  AIDS memang sangat berbahaya dan berpotensi besar membawa pada kematian.   Sebabnya tidak lain karena tubuh kehilangan imunitas hingga mudah terserang segala penyakit. Sedang obat yang ada tak kunjung ampuh menyembuhkan.   Di sisi lain bila mengikuti sejarahnya,  terlihat persoalan AIDS tak sekedar problem kesehatan tapi juga perilaku. Terungkap pasien terduga AIDS pertama (patientzero) adalah seorang dengan perilaku seks menyimpang.(wikipedia.org)

Dari situs alodokter.com juga disebutkan, penyebaran virus yang paling utama adalah dengan cara hubungan seks melalui vagina dan anal tanpa pelindung.  Dengan kata lain lewat aktivitas seksual yang tidak aman (zina) dan menyimpang (lesbian, gay,  biseksual dan transgender).  Pernyataan Kepala Dinkes Kota Kendari semakin menegaskan hal ini, “Di Kota Kendari juga sekarang marak tempat-tempat hiburan malam yang tidak semua tempat hiburan malam itu difungsikan sesuai dengan peruntukannya, ada yang karaoke tapi dipakai juga untuk tempat transaksi, ada juga panti pijat yang plus-plus, di sampingnya itu ada juga kos-kosan yang pengawasannya berkurang bisa saja transaksi itu dilakukan di kos-kosan” (sultrakini.com). Demikianlah mendudukkan perilaku sebagai fokus pembahasan selain sisi medis, akan membuat kita dapat menentukan penanganan yang tepat. Sehingga tak cukup mengupayakan pengobatan,  menghentikan perilaku penyebab juga prioritas dilakukan.

Stop perilaku bebas dan menyimpang dengan Islam!

Harus diakui berbagai upaya telah dilakukan untuk mengerem laju penderita AIDS.   Mulai dari kondomisasi, ATM kondom,  sterilisasi jarum suntik, pendidikan seks usia dini hingga kampanye bahaya penyakit ini.  Hasilnya? Ibarat mencencang air, tak sesuai dengan harapan. Sebab zina dan seks menyimpang malah  diabaikan.

Bagaimana bila mengambil Islam sebagai jalan keluar? Pertama,  Islam memandang penyakit sebagai dharar atau bahaya.  Terlebih pada AIDS yang terbukti dapat mematikan.   Maka segala ikhtiar akan digunakan untuk menemukan obatnya. Islam mewajibkan negara untuk mendorong para peneliti akan didorong untuk melakukan berbagai rekayasa demi upaya menyembuhkan.  Sebab hukumnya haram membahayakan diri dan orang lain. Sabda Nabi saw, “Tidak boleh menimpakan bahaya pada diri sendiri dan juga bahaya bagi orang lain.” (HR.Ibnu Majah).

Kedua, mendudukkan zina dan perilaku meniru kaum Nabi Luth as sebagai tindak kriminal yang layak diberi sanksi tegas (Abdurrahman Al-malikiy, Nizhamul ‘Uqubat). Dalilnya antara lain firman Allah swt,  “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.”(QS An Nuur:2).  Juga dalam surah Hud, “Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi.”(QS Hud:82).  Tak ketinggalan Rasul saw juga bersabda,  “Allah melaknat manusia yang melakukan perbuatan seperti kaum Luth”…  (3 kali)(HR. Ahmad).  Demikianlah Islam mengatur sempurna demi kemaslahatan umat dan keselamatan generasi masa depan. Termasuk menutup setiap celah yang mengarah pada kemaksiatan lewat tangan pemangku kebijakan.   Pornografi dan porno aksi?  Jangan harap dibiarkan.

Hanya saja apakah cukup sampai di sini? Sayangnya tidak. Sebab seluruhnya mustahil tanpa menaati syariat Allah secara  kaffah. Untuk itu butuh peran serta pihak yang terkait- pemerintah dan rakyat – agar mengkaji dan memahami hingga mengambil Islam sebagai solusi. Tidakkah kita ingin meraih kasih sayang Allah yang diperuntukkan bagi hamba-Nya yang bertakwa? Sungguh Allah Maha Menepati janji. “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di surga penuh kenikmatan. Di tempat yang menyenangkan disisi Penguasa yang Maha Berkuasa” (QS Al-Qamar: 54 – 55). Wallahu a’lam.

 

Wd Deli Ana (Praktisi PAUD)

  • Bagikan