Keyakinan Konsumen Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sultra Capai 136,9

  • Bagikan
Kepala KPwBI Sultra, Suharman Tabrani, Kamis (17/10/2019) (Foto: BI Sultra).
Kepala KPwBI Sultra, Suharman Tabrani, Kamis (17/10/2019) (Foto: BI Sultra).

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara melakukan survei konsumen (SK) dengan variabel indeks keyakinan konsumen (IKK) guna mengindikasikan keyakinan rumah tangga (sebagai konsumen) terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi untuk memperkirakan pertumbuhan ekonomi di sektor rumah tangga (RT).

Kepala KPwBI Sultra, Suharman Tabrani mengatakan hasil survei konsumen IKK tersebut 100, berarti RT berada pada level optimis dan angka di bawah 100 berarti RT pesimis terhadap perekonomian. Pada periode pelaporan, rata-rata IKK mencapai 136,9, mengindikasikan optimisme rumah tangga yang cukup baik terhadap perekonomian Sulawesi Tenggara, meskipun sedikit lebih rendah daripada rata-rata periode sebelumnya yang tercatat 138,6.

Terjaganya optimisme bersumber dari stabilnya ekspektasi konsumen terhadap lapangan kerja, penghasilan dan usaha.

“Dari sisi ekspektasi usaha, secara rata-rata RT mencatatkan angka sebesar 160,7 dimana bulan November diekspektasi sebagai bulan terbaik. Dari sisi penghasilan, rumah tangga mencatatkan angka ekspektasi sebesar 152,7 lebih tinggi dari periode sebelumnya yang hanya mencatatkan angka rata-rata sebesar 148,9,” kata Suharman, Kamis (17/10/2019).

Ekspektasi penghasilan sejalan dengan peningkatan ekspektasi lapangan pekerjaan dari triwulan lalu yang secara rata-rata tercatat sebesar 128,3 menjadi 131,7 pada periode pelaporan.

Peningkatan ekspektasi penghasilan dan lapangan pekerjaan dapat diartikan RT percaya bahwa terjadi pemulihan perekonomian. Dengan perkiraan peningkatan sumber pendapatan, diharapkan ketahanan RT semakin baik.

Suharman menambahkan, melalui survei konsumen pada triwulan II 2019, terlihat bahwa pengeluaran rumah tangga paling banyak masih dialokasikan untuk keperluan konsumsi, yaitu sebesar 62,9 persen. Kondisi ini tidak berbeda jauh dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Proporsi pengeluaran yang besar untuk konsumsi tentunya menyisakan pengeluaran untuk tabungan dan pinjaman yang lebih kecil.

“Pangsa pengeluaran untuk tabungan mengalami sedikit penurunan dari 28,2 persen pada periode lalu menjadi sebesar 28,0 persen. Sedangkan cicilan rumah tangga tercatat sebesar 9,1 persen dari total pengeluaran RT,” ujar Suharman.

Angka tersebut lebih kecil dari periode lalu yang tercatat sebesar 11 persen. Penurunan proporsi pengeluaran untuk cicilan tersebut mengurangi risiko gagal bayar RT.

Laporan: Wa Rifin
Editor: Habiruddin Daeng

  • Bagikan