Kini KPR Bahteramas Butur Incar Calon Nasabah di Daerah Pelosok

  • Bagikan
Kepala BPR Bahteramas Butur, Mahmud Subaena (foto: Harto Nuari/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: BUTON UTARA- Bank Pengkreditan Rakyat (BPR) Bahteramas Buton Utara, kini mengutamakan pelayanan nasabah di daerah pelosok. Masyarakat tersebut, ditargetkan bisa mengembangkan usahanya baik mikro, kecil dan menengah.

Kepala BPR Bahteramas Butur, Mahmud Subaena mengatakan, pemanfaatan kredit BPR di Butur mencapai 824 nasabah. Jumlah tersebut yang masuk dalam binaan pengembangan usaha mikro sebanyak 265 nasabah. Contohnya bidang pertanian, pertukangan, perikanan dan kios-kios dalam skala kecil.

“Mereka kita pinjamkan modal usaha. Bahkan sampai Desa Koepisino (Tanah Merah) ada nasabah kami,” katanya, Jumat (10/02/2017).

Selain melayani kredit, Bank Bahteramas juga menawarkan beberapa produk, seperti deposito dan tabungan. Namun yang membedakan adalah manajemen pelayanan terhadap calon/nasabah. Karyawan harus menggunakan bahasa daerah dalam memberikan pelayanan. Dengan model tersebut, kedekatan emosional lebih dirasakan masyarakat dan memudahkan sosialisasi.

“Pegawai kami ada 11 orang. Delapan diataranya adalah putra daerah. Makanya, pelayanan disini selalu pakai bahasa daerah sesuai trend merk kami,” ujarnya.

Bagaimana dengan pembagian defiden? Mahmud menjelaskan, sistem pengelolaan defiden berdasarkan presentase pemegam saham.

Sejak tiga tahun lamanya, Bank Bahteramas dipercaya menangani pencairan Dana Desa (DD) yang bersumber dari APBN maupun Alokasi Dana Desa (ADD) bersumber dari APBD. Kepercayaan kepada Bank Bahteramas ini tak terlepas dari peran para kepala desa Se-Butur.

“Ada satu hal yang perlu dipertegas, bahwa ADD dan DD ini atas prakarsa para Kades, supaya pencairan dananya di Bank Bahteramas,” tandasnya.

Semetara itu, ada tiga komponen pemegam saham Bank Bahteramas, yakni Pemprov Sultra, Pemda Butur dan para kepala desa. Dalam kurun dua tahun, Pemda sudah mengucurkan dana Rp 3 miliar, Pemprov Rp 3,6 miliar dan kepala desa Rp 1 miliar.

Laporan: Harto Nuari

  • Bagikan