Kunci Tingkatkan Minat Baca Dimulai dari Pelayanan Kreatif dan Inovatif

  • Bagikan
Syaifuddin Gani. (Foto: Dok.pribadi)
Syaifuddin Gani. (Foto: Dok.pribadi)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Membaca merupakan sisi terpenting dalam hidup kebanyakan orang. Lewat membaca, banyak pengetahuan didapatkan dari yang penting, menarik sampai memotivasi diri. Tapi membaca dari buku belum tentu banyak digeluti.

Buku pernah menjadi rebutan kebanyakan orang. Sembari teknologi berkembang, wujud buku seperti tergeser demi mempertahankan minat pembacanya.

Penelitian Perpustakaan Nasional RI pada 2017, rata-rata orang Indonesia hanya membaca buku 3-4 kali per minggu dengan durasi waktu membaca rata-rata 30 hingga 59 menit per hari. Sementara jumlah buku yang ditamatkan rata-rata hanya 5-9 buku per tahun.

UNESCO menunjukkan minat baca anak-anak Indonesia rendah, yakni dari 10.000 anak hanya satu anak yang memiliki minat baca (Kompas.com).

Rendahnya minat baca, juga dirasakan Peneliti dari kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), Syaifuddin Gani.

Masyarakat Sultra bisa dikatakan memiliki minat baca rendah. Menurut dia, pernyataan itu dibuktikan dari indikator hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) secara nasional, dimana Sultra berada di bawah standar. Di satu sisi, minat baca rendah juga diakibatkan cara pelayanan yang terkesan jadul sehingga kurang merangsang minat pembaca. Apalagi jika sarananya minim dan kurang menarik.

“Cara kita melayani masyarakat dan bersentuhan dengan buku perlu dimutakhirkan. Kalau perpustakaan konfensional dia menunggu pembaca, lalu dia membaca diam di situ mencari referensi, mungkin itu sudah agak kaku dari segi kemutakhiran zaman. Perlu ada sentuhan baru,” kata Gani kepada SultraKini.Com, Sabtu (28/7/2018).

Kondisi tersebut tentu miris, terlebih sampai berpengaruh besar bagi generasi muda.

Ditambahkan Gani, minat baca dapat ditingkatkan dari caranya merebut perhatian mereka. Saatnya menghadirkan kreativitas dan inovatif di lingkungan masyarakat. Bukan lagi menunggu pembaca dan duduk dalam ruangan bernuansa kaku.

Misalnya, gerobak Roda Pustaka Kabanti. Bukan hanya karena namanya yang lahir dari gagasan komunitas yang didirikannya itu. Tapi perhatiannya bersama para relawan untuk menarik perhatian pembaca di Kota Kendari.

Gerobak Roda Pustaka berisikan ratusan jumlah dan beragam buku bacaan, biar diminati segala usia. Begitu juga bentuknya menyerupai perahu untuk membawa kesan unik dan berkesan di hati pembaca. Pelayanannya pun berada di luar ruangan sehingga pembaca lebih santai serta nyaman dengan suasana alam.

“Kita bawa ke sebuah tempat, anak-anak datang menyerbu dan mereka membaca. Ada sebuah pengalaman baru, bersentuhan dengan Roda Pustaka yang buku-bukunya beragam, dari situ barangkali minat baca bisa agak bergerak perlahan-lahan,” ucap Gani.

Dirinya barharap, bacaan bermanfaat bisa menjadi hobi bagi warga Kota Kendari. Salah satunya, mencintai buku sebagai bagian sumber bacaan.

“Harapan kami adalah anak-anak merasa mendapat manfaat dari membaca. Mereka mencintai buku. Ketika kita jatuh cinta kepada buku, kita tidak akan pernah lepas dari dia, karena kita merasa mendapatkan manfaat dari dia. Harapan lain adalah guru terlibat dalam gerakan literasi ini,” terangnya.

“Harapan kita diujung dari proses membaca dan meminjam ini (buku) adalah mereka bisa menjadi penulis. Karena literasi itu dibangun dua kaki, pertama membaca, kedua menulis, kalau hanya membaca pincang, tapi kalau didukung menulis mengabadikan pengetahuan, pengalaman, cita-cita, dalam waktu yang sangat panjang,” lanjutnya.

Laporan: Muslimin
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan