Lima Komoditas Unggulan Sultra Genjot Perekonomian Daerah

  • Bagikan
Kabid IKM dan Pewilayahan Industri, Rusdin Jaya. (Foto: Wa Rifin/SULTRAKINI.COM)
Kabid IKM dan Pewilayahan Industri, Rusdin Jaya. (Foto: Wa Rifin/SULTRAKINI.COM)
SULTRAKINI.COM: KENDARI – Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Sulawesi Tenggara (Sultra) menetapkan lima komoditas unggulan daerah yang akan dikembangkan menjadi industri olahan untuk tahun 2018-2030. 
Kabid IKM dan Pewilayahan industri, Rusdin Jaya, mengatakan lima komoditas unggulan tersebut akan segera diparipurnakan bersama anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sultra.
Rusdin Jaya menyampaikan bahwa lima komoditas unggulan daerah tersebut terdiri dari kakao, kelapa terpadu, perikanan tangkap, rumput laut, dan tambang nikel. Apalagi lima komoditas tersebut bisa ditemukan pada semua wilayah Kabupate/Kota di Sultra.
“Kakao sudah menyebar di sepuluh kabupaten kota, dan kelapa terpadu tersebar diseluruh kabupaten. Selanjutnya industri perikanan dan rumput laut dikembangkan di 17 kabupaten/kota. Sementara pertambangan nikel ada dibeberapa daerah tambang, seperti Kolaka, Konut, dan Konkep,” katanya saat di temui di salah satu hotel Kendari, Kamis (8/11/2018).
Ia menjelaskan, jika dari dilihat segi kualitas dan kuantitas produk, pihaknya meyakini lima komoditas tersebut sudah dapat dikembangkan menjadi industri olahan secara kontinu hingga 20 tahun ke depan. Tentunya, mesti didukung dengan langkah strategis agar kebutuhan terhadap komoditi tersebut bisa terpenuhi.
“Jika berkaca pada data Badan Pusat Statistik (BPS) dan data Perindag, kegiatan industri itu berada pada posisi ke tiga dari struktur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk kontribusi dalam perekonomian di Sultra. Kami sanggat yakin bisa mengembangkan lima komoditas tersebut sehingga dapat meningkatkan perekonomian Sultra,” jelasnya
Kendati demikian, Rusdin, menggaku jika dalam pengembangan industri akan terdapat beberapa kendala. Utamanya, para pelaku usaha yang masih suka menjual komoditas secara gelondongan.
“Banyak pelaku usaha kita menjual komoditas yang belum diolah sehingga harga jualnya menjadi rendah,” tutupnya.
Laporan: Wa Rifin
Editor: Habiruddin Daeng

 

  • Bagikan