Mahasiswa Stikes Karya Kesehatan Kendari Gelar Simulasi Bencana Penanganan Korban Tsunami

  • Bagikan
Simulasi bencana penanganan korban tsunami yang dilakukan oleh mahasiswa Stikes Karya Kesehatan Kendari (Foto: Hasrul Tamrin/SULTRAKINI.COM)
Simulasi bencana penanganan korban tsunami yang dilakukan oleh mahasiswa Stikes Karya Kesehatan Kendari (Foto: Hasrul Tamrin/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Puluhan mahasiswa dan mahasiswi Stikes Karya Kesehatan Kendari melakukan simulasi bencana penanganan korban tsunami di kawasan pesisir, di pantai Toronipa, Kelurahan Soropiah, Kabupaten Konawe, Minggu (19/1/2020).

Teknik simulasi dimulai dari puluhan warga yang diperankan oleh mahasiswa seolah-olah menjadi korban bencana tsunami di evakuasi dari bibir pantai oleh petugas-petugas medis dibantu dengan masyarakat lainnya yang masih selamat, sampai mereka mendapatkan pertolongan akhir.

Simulasi penanganan bencana ini dilakukan oleh pihak kampus karena merupakan bagian dari kurikulum mata kuliah Keperawatan Maritim, yang harus dipraktekkan langsung oleh mahasiswa, khususnya saat ini mahasiswa angkatan 2018 dan 2019. Sehingga kedepannya pasca selesai dari kampus bisa langsung diaplikasikan atau dipraktekkan langsung di masyarakat ketika ada bencana setelah mereka (mahasiswa) mendapatkan teori diruangan kuliah.

Selain itu, tujuan adanya simulasi bencana ini, pihak kampus mengharapkan setelah adanya simulasi ini mahasiswa bisa mengetahui tata cara penangan bencana khususnya tsunami di kawasan maritim. Sehingga ketika mahasiswa turun melakukan praktek atau kuliah kerja nyata (KKN) di masyarakat bisa langsung memberikan penyuluhan pada masyarakat khususnya di kawasan maritim tentang upaya penanganan bencana, untuk meminimalisir korban bencana.

Dosen Penanggung Jawab Matakuliah Keperawatan Maritim, Diah Indri Astuti, mengatakan dalam teorinya ada beberapa cara teknis penanggulangan bencana tsunami di wilayah kawasan maritim, pertama mendeteksi adanya bencana yakni adanya gempa dengan skala yang besar, kemudian air laut yang surut, angin kecang dan ombak tinggi.

“Jadi ketika melihat tanda-tanda tersebut, warga bisa langsung saling menginformasikan atau memberikan pesan pada warga yang lainnya, langkah apa yang harus dilakukan, untuk mengamankan diri,” kata Diah.

Simulasi bencana persiapan penanganan korban tsunami (Foto: Hasrul Tamrin/SULTRAKINI.COM)

Dengan simulasi ini, katanya, diharapkan kurang lebih 103 orang mahasiswa semester I dan III Reguler B yang mengikuti praktek simulasi ini bisa mempraktekan langsung cara penanganan bencana mulai dari kontigensi plan dan penyuluhan, penanganan kegawat daruratan, pengelolaan dapur umum, barang penampungan, pengelolaan jenazah korban bencana sampai pada trauma healing.

“Simulasi ini merupakan kegiatan yang kedua setelah di kampus dilakukan pelatihan penyuluhan kepada masyarakat (mahasiswa), bagaimana mendeteksi bencana itu sejak dini, karena setelah ini mereka akan turun praktek langsung di masyarakat di bagian Moramo Utara,” ungkap Ketua LPPM Stikes Karya Kesehatan itu.

Pelatih atau Pembimbing Simulasi Bencana, Mika Kasenda, mengatakan pelatihan simulasi bencana ini fokus pada daerah pesisir atau kawasan maritim karena kenapa, selain karena bagian dari matakuliah keperawatan maritim juga biasanya sering didengar atau diliat kejadian – kejadian bencan tsunami dan air bah itu selalunya dampaknya ada di wilayah pesisir. Jadi ada tiga tahapan penanganan bencana yakni pra bencana, saat bencana, dan setelah bencana.

Sebelum kejadian bencana atau pra bencana, menurutnya, yang dapat dilakukan adalah dengan cara mitigasi bencana. Sebagai petugas kesehatan bersama dengan masyarakat bisa melakukan mapping atau pemetaan, bencana apa yang kemungkinan -kemungkinan bisa terjadi di wilayah tertentu.

“Jadi saat bencana datang, kita akan mengumpulkan semua sumber-sumber daya yang ada dalam masyarakat, karena biasanya ketika saat bencana terjadi tim dari luar untuk memberikan pertolongan itu agak susah, mungkin akses jalan yang tidak bisa ditumpuh, jaringan telefon yang sulit dijangkau. Kemungkinan besar bantuan dari luar untuk membantu secepatnya itu sulit dilakukan sehingga kita hanya dapat memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada bersama-sama petugas-petugas lainnya,” jelasnya.

Kemudian saat bencana terjadi, petugas-petugas kesehatan bisa membekali masyarakat dengan penyuluhan tentang pengetahuan teknik-teknik penyelamat diri dan teknik pertolongan pertama pada korban.

“Saat bencana itu telah terjadi peran tenaga medis atau kesehatan itu sangat penting tugasnya, jangan sampai ada yang kehilangan keluarga atau kerabat itu bisa langsung diberikan penyuluhan berupa trauma healing,” kata anggota Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia. (Adv)

Laporan: Hasrul Tamrin

  • Bagikan